MESKIPUN sudah tidak lagi menyandang status Kejadian Luar Biasa (KLB), rupanya hewan-hewan di Yogyakarta masih mati mendadak. Diduga, meninggalnya sapi tersebut lantaran adanya virus antraks.
Saat ini, kematian sapi secara mendadak terus bertambah, dalam tiga hari jumlah sapi mati mencapai 12 ekor dan menimbulkan keresahan masyarakat.
Kejadian terakhir menimpa sapi milik Ngadiyo (60) warga Desa Lembutan Kecamatan Playen dan setelah diambil sampel langsung dikubur. Penguburan bangkai sapi ini selain sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) oleh warga dikubur dengan konstruksi cor beton.
Harapannya agar bila sapi positif antraks tidak menular ke manusia. Sementara, dampak isu antraks mempengaruhi tingkat konsumsi daging di Pasar Argosari Wonosari.
Penurunan penjualan cukup drastis. Satu minggu biasanya memotong 4-5 ekor sapi, saat ini 1 ekor sapi sudah seminggu belum habis terjual, kata pedagang daging sapi di Pasar Argosari Wonosari, Rubiyanti.
Sementara terkait dengan kematian sapi di Desa Plembutan Kecamatan Playen, oleh masyarakat dikubur dengan dilakukan pengecoran memakai beton. Mereka mengkhawatirkan jikalau hanya dikubur tanpa dicor, dikhawatirkan bakteri antraks masih bisa menular.
Selanjutnya
Comments