Warteg Glagahsari, warung Tegal legendaris pertama di Jogja

Kepo Stories

Ragam / Kepo Stories

Warteg Glagahsari, warung Tegal legendaris pertama di Jogja

Warteg Glagahsari, warung Tegal legendaris pertama di Jogja

KEPONEWS.COM - Warteg Glagahsari, warung Tegal legendaris pertama di Jogja Bila kamu sedang berkunjung ke Yogyakarta, tentu kamu akan cepat terbiasa bila melihat di beberapa ruas jalan selalu terdapat warung makan. Wajar saja, kota yang akrab disebut Jogja ini ialah kota pel...

Bila kamu sedang berkunjung ke Yogyakarta, tentu kamu akan cepat terbiasa bila melihat di beberapa ruas jalan selalu terdapat warung makan. Wajar saja, kota yang akrab disebut Jogja ini ialah kota pelajar. Dengan banyaknya anak kos yang merantau untuk sekolah, masakan memang menjadi usaha yang selalu menjanjikan di kota ini. Sebut saja misalnya warmindo, angkringan, gudeg, soto, bakmi jawa dan menu-menu terjangkau lainnya.

Nah, tapi tahukah kamu bila di Jogja juga tak ketinggalan 'diinvasi' oleh warung Tegal alias warteg? Ya, warung dengan lauk pauk asli Tegal ini nyatanya juga ada di Jogja. Meski tak banyak seperti warung-warung khas lainnya, di Jogja terdapat warteg yang semenjak dulu sampai kini masih ramai diserbu pembeli.

Merupakan Warteg Glagahsari, warteg pertama dan tertua di Jogja. Letak warteg ini berada di Jalan Glagahsari 71. Siapa sangka warung dengan bangunan sederhana ini sudah 19 tahun lamanya melayani urusan perut para mahasiswa yang ada di Jogja.

Warteg Glagahsari 71 © 2018

Diceritakan Mochamad Kholid sang pemilik, Warteg Glagahsari ini awalnya dijalankan oleh ibunya. Kemudian di tahun 2007, Kholid dipercaya untuk mengambil alih untuk mengelola semuanya.

"Warteg ini pertama kali jualan tahun 1999, dan dulu yang pertama kali jualan ibu saya. Sekarang saya jadi generasi kedua yang meneruskan usaha keluarga ini," ujar Kholid ketika ditemui beberapa waktu lalu.

Warteg Glagahsari 71 © 2018

Menurut Kholid, Warteg Glagahsari miliknya ini masih sangat laris setiap harinya. Meski menurutnya tak seramai dulu sebelum Gempa Jogja di tahun 2006 silam.

"Paling laris itu malah sebelum ada kejadian gempa. Waktu itu juga seingat saya, pertama kita buka di tahun 1999 juga langsung ramai pembeli dan puncak-puncak larisnya justru sebelum tahun 2006. Soalnya waktu itu saingan belum banyak, jajanan-jajanan kekinian juga belum ramai kayak sekarang," ujarnya.

Warteg Glagahsari 71 © 2018

Meski tak seramai dulu, nyatanya Warteg Glagahsari ini masih bisa meraup keuntungan cukup besar. Dibuka mulai tujuh pagi sampai sembilan malam, omzet per harinya bisa dibilang masih stabil.

"Omzet di sini rata-rata per hari Rp 2.500.000, kurang lebih segitu. Ya alhamdulillah selalu dilarisin sama mahasiswa," papar Kholid sembari tersenyum.

Warteg Glagahsari 71 © 2018

Menu yang ditawarkan di Warteg Glagahsari pun buktinya memang masih sangat terjangkau di kantong mahasiswa. Dengan membawa uang Rp 10.000-15.000 saja, kamu sudah bisa makan minum sampai kenyang di sana dengan aneka lauk rumahan khas Tegal. Kholid juga menggaransi jikalau Nasi Lengko yang ada di wartegnya itu tetap terjamin cita rasanya semenjak dulu.

"Nasi Lengko kita selalu ada. Lauk-lauk khas warteg pokoknya siap sedia. Soal rasa boleh diadu kalau memang ada warteg lain di Jogja. Soalnya di sini juru masaknya saya jamin masih asli langsung dari Tegal, ya masih famili semuanya. Jadi cita rasanya masih asli Tegal banget lah," imbuh Kholid menutup perbincangan.

RECOMMENDED

Comments