PANTAI Mayangan di Probolinggo, Jawa Timur jadi pusat perhatian karena serangan ubur-ubur. Kejadian yang viral di sosmed tersebut diduga karena ada penangkapan ikan berlebihan dan perubahan iklim.
Organisasi jurnalisme nirlaba, Project Multatuli dalam akun X resmi milik mereka @projectm_org menyebutkan bahwa invasi ubur-ubur menggambarkan bahwa laut sedang tidak baik-baik saja.
"Ini bukan di film, ini terjadi di dunia nyata. Laut sedang tidak baik-baik saja. Jutaan ubur-ubur menyerbu Pantai Mayangan di Probolinggo, Jawa Timur," tulis @projectm_org seperti dikutip MNC Portal Indonesia, Senin (20/11/2023).
Dalam pemberitaannya Project Multatuli menyebutkan bahwa kehadiran jutaan ubur-ubur di Pantai Mayangang dan pantai-pantai lainnya di Indonesia terjadi karena penangkapan ikan yang berlebih, perubahan iklim, dinamika oseanografi, dan eutrofikasi.
Eutrofikasi ialah kondisi ketika terjadi peningkatan kesuburan yang berlebihan yang mengakibatkan peningkatan kandungan klorofil, ditambah kadar garam yang tinggi di laut. Eutrofikasi juga menyebabkan pertumbuhan fitoplankton yang disukai oleh ubur-ubur.
Sementara ledakan populasi fitoplankton meningkatkan peluang terjadinya kondisi anoxic (keadaan tanpa oksigen) yang tidak dapat ditolerir oleh kebanyakan organisme lain, namun ubur-ubur tetap bisa bertahan.
Ubur-ubur di Pantai Mayangan (Tugu Jatim)
Kehadiran jutaan ubur-ubur itu justru berdampak luas. Pasalnya bukan hanya merugikan makhluk hidup yang ada di pantai tapi juga manusia yang mengandalan kehidupannya dengan bekerja di laut dan pantai.
Dr Kylie Pirr, profesor ekologi kelautan dariu Environment and Science Griffith University, Australia, dalam laporannya di jurnal Frontiers in Marine Science mengatakan bahwa saat ini laut memang menghadapi ancaman lingkungan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Dia membenarkan rusaknya lingkungan laut merupakan penyebabnya terjadinya invasi jutaan ubur-ubur. Hanya saja tidak semua ubur-ubur yang bisa bertahan di kondisi yang buruk tersebut.
Dia mengatakan ada dua spesies ubur-ubur yang ivasif adalah ubur-ubur bulan dan ubur-ubur sisir kutil. Masalahnya saat ini banyak orang yang menggap hal itu sebagai kondisi yang alami.
Apalagi banyak orang yang melihat ubur-ubur sebagai makhluk invasif. Hal itu bahkan terasa dari respons netizen yang mengomentari informasi dari Project Multatuli. Mereka melihatnya sebagai kondisi wajar yang setiap tahun terjadi.
Kekhawatiran saya merupakan orang-orang menarik kesimpulan yang salah dan melakukan generalisasi terhadap semua jenis ubur-ubur sebagai karena dari kebiasaan spesies invasif dan tangguh ini, jelasnya.
Padahal menurut Dr Kylie Pirr kehadiran jutaan ubur-ubur memang sangat berkaitan erat dengan kondisi laut yang makin mengkhawatirkan.
Pemanasan laut karena perubahan iklim antropogenik diperkirakan membantu beberapa spesies ubur-ubur tumbuh dan berkembang lebih cepat dibandingkan spesies lainnya, sehingga menyebabkan populasinya bertambah secara signifikan.
Dia menyebutkan beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa polusi di perairan, seperti di lepas pantai Tiongkok, telah meningkatkan pertumbuhan plankton mikroskopis yang menjadi makanan banyak ubur-ubur.
Pada saat yang sama, penangkapan ikan yang berlebihan telah memusnahkan predator alami serta hewan laut lainnya, seperti penyu dan ikan, yang bersaing dengan mereka untuk mendapatkan makanan.
Kondisi itu yang pada akhirnya membuat ubur-ubur berkembang sangat pesat dalam jumlah yang besar. Kondisi itu yang membuat banyak orang terkaget-kaget ketika jutaan ubur-ubur terbawa ke bibir pantai seperti di Pantai Mayangan.
Follow Informasi Okezone di Google News
(sal)
Comments