Vaksin Virus Korona Wuhan Baru Rampung 16 Minggu, Uji Coba April 2020

Kesehatan

Life & Style / Kesehatan

Vaksin Virus Korona Wuhan Baru Rampung 16 Minggu, Uji Coba April 2020

Vaksin Virus Korona Wuhan Baru Rampung 16 Minggu, Uji Coba April 2020

KEPONEWS.COM - Vaksin Virus Korona Wuhan Baru Rampung 16 Minggu, Uji Coba April 2020 WABAH virus korona yang menyerang Wuhan dan 11 negara lainnya telah menggemparkan dunia. Hingga saat ini belum ada vaksin maupun perawatan yang efektif untuk menyembuhkan virus korona Wuhan. Banyak se...

WABAH virus korona yang menyerang Wuhan dan 11 negara lainnya telah menggemparkan dunia. Hingga saat ini belum ada vaksin maupun perawatan yang efektif untuk menyembuhkan virus korona Wuhan.

Banyak sekali lembaga kesehatan pun sedang berlomba mengembangkan vaksin virus korona yang baru akan di uji coba pada 16 minggu ke depan.

Minggu ini Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (Cepi) mengumumkan akan menggelontorkan dana sebesar 8,4 juta pounds atau setara Rp149 miliar untuk menjalankan tiga program yang dipimpin oleh perusahaan Inovio Pharmaceuticals Moderna dan University of Queensland.

Cepi yang didanai oleh beberapa negara dan donor filantropis didirikan tiga tahun lalu setelah meuncul epidemic Ebola yang menewaskan 11 ribu orang.

filantropis didirikan tiga tahun lalu setelah meuncul epidemic Ebola yang menewaskan 11 ribu orang.

Mereka berjuang untuk membuat vaksin yang layak untuk melawan virus korona dalam kurun waktu hanya 16 minggu. Namun diprediksi pengujian untuk keamanan dan keefektifan virus ini akan memakan waktu yang lebih lama.

Bila membutuhkan waktu sekira 16 minggu makan diprediksi vaksin virus korona baru akan rampung pada April 2020 dan baru akan di tes sesudahnya.

Namun, salah satu keuntungan bagi para peneliti merupakan virus korona baru dengan kode 2019-nCoV masih dalam keluarga yang sama dengan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang vaksinnya telah dikembangkan setelah wabah di 2002.

Tentu saja berita itu akan memberi kami berita awal, teran Dekan Fakultas Penyakit Menular dan Tropis di London School of Hygiene and Tropical Medicine (LSHTM), Prof. Brendan Wren, melansir dari The Guardian, Minggu (26/1/2020).

Selanjutnya

Comments