Dengan menggunakan laser, dokter secara sengaja akan merusak sel kulit yang memproduksi pigmen warna melanin. Dampaknya warna kulit perlahan bisa jadi lebih putih dan terapi bisa dilakukan berulang sampai pasien puas dengan warna kelaminnya.
Manajer Departemen Kulit dan Laser RS Lelux Bunthita Wattanasiri mengatakan terapi pemutihan penis ini populer di kalangan Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT). Sekitar 100 pasien pria per bulannya dilaporkan mendatangi klinik untuk memutihkan penis.
Menanggapi hal tersebut Kementerian Kesehatan Thailand mengingatkan masyarakat wacana efek samping yang mungkin bisa muncul dari terapi tersebut.
Dalam sebuah pernyataan dr Thongchai Keeratihuttayakorn dari kementerian menyebut bahwa ada risiko timbulnya nyeri, inflamasi, bekas luka, hingga memengaruhi organ reproduksi dan kenyamanan berhubungan seks.
"Memutihkan penis dengan laser bukan suatu hal yang diharapkan, cuma membuang uang saja dan malah mungkin lebih banyak efek buruknya daripada yang positif," kata dr Thongchai seperti dikutip dari BBC, Sabtu (6/1/2018).
dr Thongchai lebih jauh menjelaskan bahwa terapi semacam ini perlu dilakukan berulang. Bila seseorang berhenti melakukannya maka warna kulit akan kembali seperti sedia kala atau lebih buruknya muncul seperti totol-totol.
(fds/fds)
Comments