Tak Kalah Ruwet dari Film G30SPKI, Cerita Kemerdekaan Indonesia Versi Film Jepang Ini Sempat Diperdebatkan

Trending

Fun / Trending

Tak Kalah Ruwet dari Film G30SPKI, Cerita Kemerdekaan Indonesia Versi Film Jepang Ini Sempat Diperdebatkan

Tak Kalah Ruwet dari Film G30SPKI, Cerita Kemerdekaan Indonesia Versi Film Jepang Ini Sempat Diperdebatkan

KEPONEWS.COM - Tak Kalah Ruwet dari Film G30SPKI, Cerita Kemerdekaan Indonesia Versi Film Jepang Ini Sempat Diperdebatkan Film ini membuat kita bisa menghargai dari sudut pandang yang berbeda dan membuka pemahaman kita untuk tidak selalu memahami realita dan versi sejarah dari satu sisi saja, ujar Bonnie Triyana, sejaraw...

Film ini membuat kita bisa menghargai dari sudut pandang yang berbeda dan membuka pemahaman kita untuk tidak selalu memahami realita dan versi sejarah dari satu sisi saja, ujar Bonnie Triyana, sejarawan dari Universitas Diponegoro ketika menghadiri diskusi Film Merdeka 170805 di Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA) tiga tahun lalu. (Sumber : antaranews.com (06-09-2015)).

http://www.putramelayu.web.id/http://www.putramelayu.web.id/

Semenjak rilis tahun 2001, di Indonesia Merdeka 170805 tidak layak edar karena dianggap mempertontonkan cerita yang bertolak belakang dengan nilai-nilai sejarah. Namun pihak film mengatakan, skenario didasarkan atas fakta sejarah yang sebenarnya tercatat dalam sejarah versi Bangsa Indonesia.

Ramalan Jayabaya

Selain penyampaian yang dianggap terlalu menyimpang, beberapa adegan dinilai terlalu didramatisir dan dapat melunturkan rasa nasionalis dengan menghapus citra Jepang sebagai penjajah. Salah satunya adegan nenek pribumi mendekati tentara Jepang bernama Shimazaki . Sambil bersujud menempel kening di atas sepatu serdadu Jepang, ia mengucap sepotong bait Ramalan Jayabaya.

Kenyataannya pun tidak berbeda jauh, ketika awal kedatangannya pada 1942 Jepang membagikan selebaran lewat pesawat-pesawat tempur yang seliweran di langit Jawa. Isi selebaran itu merupakan kutipan Ramalan Jayabaya yang menyinggung kedatangan bangsa kulit kuning yang akan mengusir bangsa kulit putih (Belanda) lalu menghadiahkan kemerdekaan.

Untuk melakukan pendekatan, Jepang memanfaatkan ketenaran Jangka Jayabaya yang sudah turun-temurun. Namun karena berupa syair, makna sulit disimpulkan dalam satu sudut pandang saja. Sehingga bukan ataupun karena ramalan Jayabaya kebanyakan lebih memandang Jepang bukan penyelamat melainkan sarana pengusir penjajah untuk mengganti kedudukannya.

Shimazaki di Dunia Nyata

Usai kalah dalam Perang Dunia II seluruh bala tentara Jepang yang masih berada di daerah jajahan diperbolehkan kembali ke negaranya. Shimazaki Takeo, seorang prajurit Kekaisaran Jepang dalam film yang ditunjuk sebagai kapten pasukan penyusup merasa telah menjadi bagian dari usaha bangsa Indonesia, sehingga memutuskan menetap.

Di dunia nyata, pasca Kaisar mengungumkan kekalahan mereka dalam perang, beberapa tentara Jepang memang diserang konflik batin. Kekaisaran Jepang tidak memerintahkan mereka untuk pulang, hanya saja seolah memberi isyarat untuk itu.

Satu diantara serdadu itu merupakan Sakari Ono (1918-2014). Lima bulan setelah kekalahan Jepang, ia memutuskan bergabung dengan pejuang kemerdekaan. Alasannya karena tidak tahan melihat banyak nyawa melayang hanya karena kalah teknik berperang. Ono berada dalam Pasukan Gerilja Istimewa (PGI) bersama mantan serdadu-serdadu Jepang yang memutuskan menetap.

Satu per satu mantan tentara Jepang berguguran. Karena perang ataupun hal lain. Hingga pada 2014 satu-satunya yang tersisa merupakan Rahmat Shigeru Ono. Mirip Shimazaki yang tewas tertembak sniper Belanda, Ono meninggal sebagai pejuang veteran pada 25 Agustus 2014 setelah lama mendedrita sakit.

Comments