Cedera fatal yang memicu kegagalan fungsi organ tubuh, termasuk jantung dan paru-paru, bisa memicu hipoksia. Tapi tentu saja bukan itu satu-satunya penyebab.
Disampaikan oleh dokter spesialis penyakit dalam dari RSUD dr Saiful Anwar, Malang, Jawa Timur, dr Anshori SpPD, hipoksia sebenarnya bisa disebabkan oleh banyak hal. Bahkan hipoksia juga bisa terjadi pada pendaki dataran tinggi.
"Misalnya pada orang-orang yang mendaki gunung tinggi tetapi tidak melakukan penyesuaian terlebih dahulu," pungkas dr Anshori kepada detikHealth.
"Karena perbedaan tekanan di dataran tinggi dan rendah menyebabkan perbedaan dalam proses pernapasan dan oksigenasi," lanjutnya lagi.
Penjaga gawang Persela Lamongan, Choirul Huda meninggal setelah mengalami cedera fatal. Foto: Rahbani Syahputra/Antara FotoKondisi ini masuk ke dalam jenis hipoksia kronis. Selain dataran tinggi, obstructive sleep apnea dan penyakit paru kronis pun masuk ke dalam daftar hipoksia kronis.
Sementara hipoksia akut biasanya terjadi pada pasien dengan stress berat, kecelakaan, serta perdarahan akut. Gejalanya sendiri ditandai dengan lemas, kebingungan, halusinasi, nyeri kepala, penurunan kesadaran, sesak, pucat, jantung berdenyut cepat, hingga penurunan tekanan darah dan kematian.
(hrn/up)
Comments