Studi: Menahan Napas Dapat Tingkatkan Penularan COVID-19

Kesehatan

Life & Style / Kesehatan

Studi: Menahan Napas Dapat Tingkatkan Penularan COVID-19

Studi: Menahan Napas Dapat Tingkatkan Penularan COVID-19

KEPONEWS.COM - Studi: Menahan Napas Dapat Tingkatkan Penularan COVID-19 Sebuah studi baru yang dilakukan para peneliti di Indian Institute of Technology Madras menemukan bahwa menahan napas atau yang mempunyai tingkat pernapasan yang rendah dapat meningkatkan peluang terk...

Sebuah studi baru yang dilakukan para peneliti di Indian Institute of Technology Madras menemukan bahwa menahan napas atau yang mempunyai tingkat pernapasan yang rendah dapat meningkatkan peluang terkena infeksi COVID-19 dan virus udara lainnya.

Orang-orang tertentu mempunyai tingkat pernapasan yang rendah karena beberapa faktor biologis atau karena mereka telah dilatih untuk melakukannya di bawah latihan yoga atau atletik.

Photo : Times of India

Tingkat pernapasan normal untuk orang dewasa saat istirahat berkisar antara 12 hingga 16 napas per menit. Kita semua telah memahami bahwa infeksi yang ditularkan melalui udara seperti SARS-CoV-2 menyebar dengan mudah melalui tetesan udara kecil yang dikeluarkan oleh orang yang terinfeksi ketika mereka batuk atau bersin.

Tim peneliti Madras mempelajari dinamika tetesan di paru-paru dengan mempelajari pergerakan tetesan di kapiler kecil, yang diameternya mirip dengan bronkiolus, dilansir dari Times of India.

Apa itu bronkiolus?

Bronkiolus ialah saluran udara di dalam paru-paru yang bercabang seperti dahan pohon dari bronkus. Ini mengirimkan udara ke kantung kecil yang disebut alveoli tempat pertukaran karbon dioksida dan oksigen.

Tim membuat aerosol dari partikel cair dan fluoresen untuk melacak pergerakan dan pengendapan partikel di paru-paru.

Dan hasilnya, ditemukan bahwa deposisi berbanding terbalik dengan rasio aspek kapiler yang menunjukkan bahwa tetesan cenderung mengendap di bronkiolus yang lebih panjang.

Jadi, pengangkutan tetesan sarat virus jauh ke dalam paru-paru meningkat dengan frekuensi pernapasan yang menurun. Ini karena pernapasan rendah meningkatkan waktu tinggal virus, sehingga meningkatkan kemungkinan infeksi.

Photo : Times of India

Studi ini dipimpin oleh Profesor Mahesh Panchagnula Departemen Mekanika Terapan, Madras IIT dan dua cendekiawan lainnya.

Menurut Panchagnula, Paru-paru kita mempunyai struktur bercabang, ia mempunyai bronkiolus yang bercabang secara dikotomis. Ini berarti setiap cabang bronkiolus menjadi dua dan ini berlangsung selama 23 generasi. Generasi yang lebih dalam, 17 hingga 23, ialah tempat aerosol bertemu dengan darah."

Temuan studi ini dipublikasikan dalam jurnal internasional 'Physics of Fluids'.

COVID-19 telah membuka celah dalam pemahaman kita perihal penyakit sistemik paru yang dalam. Studi kami mengungkap misteri di balik bagaimana partikel diangkut dan disimpan di paru-paru yang dalam. Studi ini mendemonstrasikan proses fisik di mana partikel aerosol diangkut ke dalam paru-paru generasi yang dalam, kata Panchagnula, sambil memaparkan perihal perlunya penelitian semacam itu.

Comments