SEBAGIAN besar masyarakat Indonesia pasti sudah tidak asing lagi dengan roti buaya. Ya, roti buaya merupakan sebuah tradisi masyarakat betawi yang kerap digunakan pada saat upacara pernikahan. Alhasil roti buaya menjadi sebuah simbol yang sangat identik dengan Jakarta.
Merangkum dari Jakarta Tourism, Selasa (16/10/2018) dalam pelaksanaannya, Biasanya mempelai pria membawakan roti berbentuk buaya ke rumah mempelai wanita. Menurut seorang sejarahwan betawi bernama JJ Rizal, makna roti buaya dalam tradisi betawi membawa pesan bahwa masyarakat Jakarta tidak boleh lupa bahwa dahulu mereka tinggal di sekitar bantaran sungai.
5 Roti Termahal di Dunia, Ada yang Harganya Rp1,6 Juta per Potong
Sebagaimana diketahui Jakarta mempunyai 13 sungai yang menyebar di sepanjang ibukota. Dikatakan awalnya banyak bermunculan buaya di sungai-sungai tersebut. Sehingga interaksi paling intens masyarakat betawi merupakan dengan buaya.
Asal mula diterapkannya tradisi roti buaya merupakan perilaku reptil yang satu ini. Buaya diketahui hanya kawin sekali sepanjang hidupnya, dan sikap positif itulah yang telah menjadi keyakinan masyarakat betawi secara turun temurun.
Gara-Gara Makan Permen Karet, Anjing Lucu Ini Mati Mengenaskan
Buaya dilambangkan sebagai hewan suci dan merupakan lambang dari kesabaran. Nilai kesabaran tersebut diambil berdasarkan prilaku buaya yang selalu sabar dalam mengintai saat memburu mangsanya hingga lengah. Di satu sisi ada pula yang menilai roti buaya sebagai sebuah lambang kejantanan seseorang.
Selama penerapannya dalam tradisi pernikahan tata cara betawi, roti buaya harus selalu dalam kondisi mulus dan sama sekali tidak boleh rusak hingga sampai ke tangan mempelai wanitanya. Ukuran roti buaya juga dipercaya berkaitan dengan nasib rumah tangga pengantin tersebut. Makin keras dan makin besar roti buaya, maka itu akan semakin baik,
Rela Antre Demi Sensasi Bebek Madura
Biasanya setelah selesai upacara pernikahan, maka roti buaya ini akan dibagi-bagi dan dimakan oleh para tamu. Mereka percaya siapapun yang memakan roti buaya tersebut akan lebih mudah mendapatkan jodoh di kemudian hari.
Hingga saat ini tradisi pernikahan memakai roti buaya masih terus berlanjut hingga saat ini. Tak hanya roti buaya yang menjadi syarat masyarakat betawi untuk menikah, melainkan tradisi palang pintu juga menjadi sebuah simbol budaya sakral pernikahan tata cara betawi.
(rzy)
Comments