Pesan Arief Yahya untuk Menteri Pariwisata Periode 2019-2024

Spots & Destinasi

Travel / Spots & Destinasi

Pesan Arief Yahya untuk Menteri Pariwisata Periode 2019-2024

Pesan Arief Yahya untuk Menteri Pariwisata Periode 2019-2024

KEPONEWS.COM - Pesan Arief Yahya untuk Menteri Pariwisata Periode 2019-2024 Malam tadi, Selasa 15 Oktober 2019, suasana haru menyelimuti Gedung Balairung Soesilo Soedarman, kantor Kementerian Pariwisata, Jakarta Pusat. Menteri Pariwisata Arief Yahya secara terang-terangan mem...

Malam tadi, Selasa 15 Oktober 2019, suasana haru menyelimuti Gedung Balairung Soesilo Soedarman, kantor Kementerian Pariwisata, Jakarta Pusat. Menteri Pariwisata Arief Yahya secara terang-terangan memberikan kata perpisahan kepada seluruh tamu undangan dan awak media yang menghadiri acara peluncuran Calendar of Events Nasional (COE) 2020.

Pria asal Banyuwangi itu juga sempat memberikan dua pesan kepada Menteri Pariwisata yang nantinya akan menggantikan posisinya. Menurut Menpar Arief Yahya, ada dua pekerjaan rumah yang harus segera dituntaskan demi kemajuan sektor pariwisata Indonesia.

Challengenya ada dua dan sudah saya katang di Rembug Nasional. Pertama merupakan bencana alam dan bencana tidak alam, kata Menpar Arief Yahya.

Untuk bencana tidak alam, Arief memaparkan, bahwa sebagian besar destinasi wisata di dalam negeri sudah mulai membekali diri dengan sistem mitigasi yang baik. Permasalahan paling mendasar justru terletak pada bencana tidak alam seperti, zero dollar tour dan polemik Pulau Komodo yang menghebohkan dunia, beberapa waktu lalu.

Arief mengatakan, masalah bencana tidak alam ini dapat membawa dampak yang sangat besar bagi keberlangsungan pariwisata dalam negeri. Contoh paling nyata merupakan kasus zero dollar tour, separuh wisatawan dari China dilaporkan enggan mengunjungi Indonesia setelah kasus ini merebak ke permukaan.

Wisata Bali keren

(Foto : Indonesia.travel)

Sekadar berita, zero dollar tour merupakan paket wisata murah yang dibeli para turis China untuk berlibur ke Bali. Harga paket yang ditawarkan digadang-gadang senilai biaya tiket perjalanan Denpasar-China. Sekilas, memang sangat menggiurkan.

Namun pada kenyataannya, selama di Bali, mereka diwajibkan mengikuti itinerary atau jadwal yang telah ditetapkan oleh agen wisata. Para agen wisata ini disinyalir telah menerapkan praktik monopoli, di mana wisatawan digiring untuk berbelanja di tempat yang telah mereka tentukan. Harga barang yang ditawarkan ternyata jauh lebih tinggi, dan pembayarannya hanya bisa dilakukan secara non tunai.

Zero dollar tour itu impaknya sangat besar. Ketika itu terjadi, separuh turis China hilang . Hal-hal seperti ini seharusnya tidak terjadi, karena yang rugi ya kita juga, tegas Arief Yahya.

Selanjutnya

Comments