Perempuan Amazon, Nemonte Nenquimo Dinobatkan Jadi Pahlawan Lingkungan

Internasional

News / Internasional

Perempuan Amazon, Nemonte Nenquimo Dinobatkan Jadi Pahlawan Lingkungan

Perempuan Amazon, Nemonte Nenquimo Dinobatkan Jadi Pahlawan Lingkungan

KEPONEWS.COM - Perempuan Amazon, Nemonte Nenquimo Dinobatkan Jadi Pahlawan Lingkungan Jeronimo Zu iga/Amazon FrontlinesNemonte Nenquimo merupakan salah satu dari enam pegiat lingkungan yang dinobatkan sebaga `pahlawan` dan dianugerahi penghargaan Goldman Prize. Seorang perempuan pemimp...

Nemonte NenquimoJeronimo Zu iga/Amazon FrontlinesNemonte Nenquimo merupakan salah satu dari enam pegiat lingkungan yang dinobatkan sebaga `pahlawan` dan dianugerahi penghargaan Goldman Prize.

Seorang perempuan pemimpin masyarakat tata cara di hutan hujan Amazon di Ekuador dianugerahi penghargaan lingkungan Goldman Environmental Prize 2020.

Nemonte Nenquimo terpilih karena keberhasilannya melindungi 500.000 hektare hutan hujan dari pengeboran minyak bumi.

Dia dan anggota masyarakat istiadat Waorani menggugat pemerintah Ekuador atas rencana mereka menjual area komunitas adatnya.

Kemenangan atas kasus legal mereka menjadi preseden hukum bagi hak-hak masyarakat istiadat.

`Hutan hujan kami tidak untuk dijual`

Bagi Nemonte Nenquimo, melindungi lingkungan bukanlah sebuah pilihan, melainkan warisan yang dia putuskan untuk lanjutkan.

"Suku Waorani selalu menjadi pelindung, mereka mempertahankan wilayah dan budaya mereka selama ribuan tahun," ujarnya kepada BBC.

Masyarakat tata cara Waorani

Nemonte Nenquimo (centre), celebrates with other Waorani after a court ruled in their favour in Puro, Ecuador, on April 26, 2019Getty Images

Mempunyai anggota 5.000 orang Pemburu dan peramu tradisional yang tinggal di permukiman kecil yang ditinggali sesama marga Termasuk orang-orang yang terakhir yang berhubungan dengan dunia luar: pada 1958 misionaris AS datang ke wilayah itu Wilayah Waorani tumpang tindih dengan Taman Nasional Yasuni, salah satu ekosistem paling beraneka ragam di dunia 80?ri suku Waorani sekarang tinggal di daerah sepersepuluh dari luas tanah leluhur mereka

Nenquimo mengatakan bahwa dia masih kecil dia suka mendengarkan para tetua menceritakan kisah perihal bagaimana masyarakat tata cara Waorani hidup sebelum mereka misionaris datang pada tahun 1950-an.

"Kakek saya merupakan seorang pemimpin dan dia melindungi tanah kami dari serbuan orang luar, dia benar-benar mempelopori perlawanan itu dengan menghadapi para penyusup, dengan tombak di tangan."

Nenquimo mengatakan bahwa semenjak usia lima tahun, dia didorong oleh para tetua untuk menjadi pemimpin.

"Secara historis, perempuan Waorani yang mengambil keputusan, laki-laki berperang," jelasnya.

"Perempuan Waorani membuat pria mendengarkan mereka dan baru setelah kami berhubungan dengan misionaris evangelis, kami diberi tahu bahwa Tuhan menciptakan Adam dan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam, saat itulah kebingungan [tentang peran perempuan] dimulai. "

Nemonte Nenquimo leads a protest against the auctioning off of oil concessionsJeronimo Zu iga/Amazon Frontlines

Namun Nenquimo berkukuh bahwa peran perempuan dalam komunitas Waorani tetap menduduki peran kunci.

"Ketika mengambil keputusan, para perempuan tidak akan memukul, dan semua orang mendengarkan".

Nemonte Nenquimo mengatakan bahwa dia mungkin perempuan pertama yang dipilih sebagai ketua Suku Waorani di Provinsi Pastaza tetapi "ada banyak pemimpin perempuan" di antara masyarakat istiadat Waorani lain, yang dia katakan telah membimbingnya dalam usaha untuk melindungi wilayah mereka dari minyak ekstraksi.

Saat Nenquimo tumbuh di daerah hutan hujan di mana tidak ada pengeboran minyak, dia ingat pertama kali ayahnya mengajaknya mengunjungi bibinya, yang tinggal di dekat sumur minyak.

"Kami pergi dengan kano, lalu berjalan selama 19 jam dan meskipun kami masih jauh dari sumur, saya bisa mendengar suaranya," kenangnya.

"Saya berusia 12 tahun, dan dampak yang ditimbulkannya sangat kuat, melihat api dan asap keluar dari sumur minyak."

Namun bukan hanya dampak lingkungan yang membuatnya terkejut, tapi juga dampak negatifnya terhadap kehidupan di permukiman masyarakat istiadat Waorani di sekitar sumur minyak itu.

"Bibi saya memberi tahu saya bahwa hidup tidak ada gunanya, semua putranya bekerja di industri minyak dan dengan uang yang mereka peroleh, mereka membeli alkohol. Beberapa menjadi kasar dan akan memukul istri mereka," kenangnya.

"Saya tidak tahu bagaimana orang bisa tinggal di sana, dengan semua kebisingan itu, tidak seperti rumah saya di [komunitas asli] Nemonpare, di mana semua yang Kamu lihat di malam hari merupakan bintang dan yang Kamu dengar hanyalah suara binatang."

Waorani at a house in the village of Nemompare, on the banks of the Curaray river, in Pastaza province, Ecuador on April 14, 2019.Getty ImagesNemonte Nenquimo ingin melindungi Nemonpare dan tanah Suku Waorani dari pengeboran minyak.,

Ketika hampir 20 tahun kemudian, pada tahun 2018, pemerintah Ekuador mengumumkan bahwa mereka akan melelang 16 konsesi minyak baru yang mencakup tujuh juta hektar hutan hujan Amazon, Nenquimo memimpin perlawanan terhadap konsesi tersebut.

Pada usia awal 30-an, dia bukan hanya pemimpin Waorani di Pastaza tetapi juga salah satu pendiri Ceibo Alliance, sebuah organisasi nirlaba yang dipimpin oleh masyarakat istiadat yang memperjuangkan hak dan budaya tata cara.

Dia meluncurkan kampanye digital "Hutan hujan kita tidak untuk dijual" yang mengumpulkan hampir 400.000 tanda tangan dari seluruh dunia untuk menentang pelelangan.

Kemenangan hukum yang menentukan preseden

Dia juga bertindak sebagai penggugat dalam gugatan terhadap pemerintah Ekuador dengan alasan bahwa pemeirntah belum memperoleh persetujuan sebelumnya dari Suku Waorani untuk menempatkan lahan - yang sebagian besar tumpang tindih dengan wilayah Waorani - untuk dilelang.

Pada April 2019, hakim dalam kasus tersebut memenangkan Suku Waorani. Putusan itu tidak hanya melindungi 500.000 hektare dari pengeboran minyak, tetapi juga berarti bahwa pemerintah harus memastikan persetujuan atas dasar berita awal tanpa paksaan sebelum melelang lahan lain di masa mendatang.

Waorani indigenous people celebrate after a court ruled in their favour on the tribe`s legal challenge to the government`s land selloff, at the end of the protection action hearing in Puyo, Ecuador, on April 26, 2019.Getty ImagesNemonte Nenquimo berada di ruang sidang ketika hakim memberikan putusannya

Keputusan yang menentukan preseden dirayakan oleh para aktivis lingkungan di seluruh dunia sebagai kemenangan langka hak-hak masyarakat istiadat atas usaha besar dan pemerintah.

Tapi Nenquimo mengatakan dia dan sesama masyarakat tata cara Waorani selalu yakin akan kemenangan.

"Kami sangat yakin bahwa wilayah ini merupakan milik kami karena kami ialah orang-orang yang tinggal di sini, kami tidak bisa membiarkan ini terjadi."

Pengadilan yang memenangkan Waorani telah memerintahkan badan legislatif Ekuador - Majelis Nasional - untuk mengesahkan RUU yang akan mewajibkan persetujuan sebelumnya dalam hukum.

Namun awal bulan ini, para pemimpin tata cara, termasuk Nenquimo, mengatakan RUU tersebut telah disusun tanpa masukan dari perwakilan istiadat.

"Penghargaan ini diharapkan akan memberi kami dan usaha kami lebih banyak diketahui dan menciptakan kesadaran bahwa kami bertindak demi kebaikan planet ini," katanya.

Juara penghargaan global lainnya tahun ini berasal dari Ghana, Prancis, Myanmar, Bahama, dan Meksiko.

Laporan oleh editor Amerika Latin News Online, Vanessa Buschschl ter.

Comments