Penyakit difteri, kenali gejala, penyebab, & cara mengobatinya

Kepo Stories

Ragam / Kepo Stories

Penyakit difteri, kenali gejala, penyebab, & cara mengobatinya

Penyakit difteri, kenali gejala, penyebab, & cara mengobatinya

KEPONEWS.COM - Penyakit difteri, kenali gejala, penyebab, & cara mengobatinya Apakah kamu pernah mendengar penyakit difteri? Ya penyakit ini memang terdengar asing. Namun, kemunculan wabah penyakit difteri beberapa tahun lalu, sempat membuat heboh masyarakat Indonesia. Difteri...

Apakah kamu pernah mendengar penyakit difteri? Ya penyakit ini memang terdengar asing. Namun, kemunculan wabah penyakit difteri beberapa tahun lalu, sempat membuat heboh masyarakat Indonesia.

Difteri umumnya menyerang anak-anak balita dan juga orang dewasa yang berusia sekitar 40 tahun ke atas. Bahkan menurut WHO difteri merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteria, yang menginfeksi tenggorokan dan saluran udara bagian atas.

Penderita atau orang yang terinfeksi difteri harus segera mendapatkan pertolongan salah satunya dengan vaksinasi difteri. Karena kalau tidak ditangani secara khusus dan cepat bisa berakibat fatal, yang mengakibatkan gangguan terhadap organ tubuh lainnya. Seperti gangguan pada syaraf, ginjal, dan parahnya lagi bisa mengakibatkan kematian.

Selain menyerang sistem pernapasan, penyakit ini juga bisa menginfeksi kulit. Biasanya penyakit ini bisa membuat kulit terlihat kemerahan, sakit bila tersentuh dan bengkak. Bahkan pada kasus tertentu bisa timbul borok atau ulkus yang meninggalkan bekas. Umumnya penyakit difteri dialami oleh orang-orang yang tinggal di daerah padat, kumuh, dan sanitasi yang tidak representatif.

Lalu seperti apa gejala ataupun ciri seseorang mengalami penyakit ini? Berikut rangkum dari banyak sekali sumber, Kamis (12/12) seputar difteri, gejala, penyebab, & cara mengobatinya.

1. Gejala difteri.

Kenali difteri, gejala, penyebab, & cara mengobatinya freepik.com

foto: freepik.com

Tanda atau gejala penyakit difteri ini bisa terlihat setelah 2 hari penderita terinfeksi bakteri. Beberapa orang mengalami gejala ringan seperti flu biasa dan juga radang tenggorokan. Namun, ada pula gejala difteri lainnya, yang wajib kamu waspadai.

Gejala penyakit difteri ini di antaranya sebagai berikut:

Pilek yang awalnya cair, tetapi dapat sampai bercampur dengan darah

Tenggorokan dan amandel diselimuti lapisan tebal berwarna abu-abu.

Demam tinggi hingga menggigil.

Merasa lemas, lesu, dan tidak bertenaga.

Terjadi pembengkakan di sekitar leher.

Biasanya penderita juga akan mengalami kesusahan dalam menelan.

Sulit bernapas.

Gangguan penglihatan.

Serta suara menjadi serak atau cadel.

Kulit menjadi dingin, pucat, dan denyut jantung cepat.

2. Penyebab difteri.

Kenali difteri, gejala, penyebab, & cara mengobatinya freepik.com

foto: freepik.com

Seperti yang dijelaskan di atas, penyebab utama difteri ialah bakteri Corynebacterium diphteria yang begitu mudah menyebar. Lalu apa saja penyebab lainnya? Berikut ulasannya:

- Partikel udara.

Kenali difteri, gejala, penyebab, & cara mengobatinya freepik.com

foto: freepik.com

Penyakit ini begitu mudah menular lantaran disebabkan oleh bakteri yang dapat menyebar di udara. Bahkan dikutip dari website Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Menteri Kesehatan RI, Nila Moeloek pad 2017 menyatakan penularan penyakit difteri bisa melalui percikan air ludah yang keluar dari batuk dan bersin.

Jikalau seseorang menghirup partikel udara dari batuk atau bersin dari penderita difteri, kemungkinan besar kamu akan juga tertular difteri. Cara ini begitu efektif untuk menyebarkan penyakit, terutama ketika di tempat ramai.

- Benda yang terkontaminasi.

Kenali difteri, gejala, penyebab, & cara mengobatinya freepik.com

foto: freepik.com

Nggak hanya udara saja penyebab penyakit difteri tapi juga bisa disebabkan karena penggunaan barang-barang pribadi. Dalam hal ini peralatan rumah tangga yang telah terkontaminasi. Misalnya saja penggunaan handuk atau mainnan yang bergantian dengan penderita difteri. Bisa juga karena memakai gelas secara bergantian akan terinfeksi penyakit ini.

- Luka infeksi.

Kenali difteri, gejala, penyebab, & cara mengobatinya freepik.com

foto: freepik.com

Penderita difteri juga ada yang sebagian mengalami luka infeksi. Nah bagi orang yang sehat namun tak sengaja menyentuh luka infeksi, maka kamu juga bisa terpapar bakteri yang menyebabkan difteri.

Selain itu banyak faktor yang dapat meningkatkan seseorang dapat terinfeksi difteri ini. Salah satunya melihat dimana kamu tinggal, jikalau lokasinya atau daerah tempat tinggal yang tak bersih dan ramai maka penyebaran bakteri ini semakin cepat.

Kemudian seseorang yang tidak mendapatkan faksinasi terbaru juga rentan terserang. Terakhir bagi kamu yang mempunyai daya tahan tubuh lemeh, misalnya saja pada penderita AIDS.

3. Cara mengobati difteri.

Kenali difteri, gejala, penyebab, & cara mengobatinya freepik.com

foto: freepik.com

Setelah melihat tanda atau gejala-gejala yang adak kamu dapat memeriksakan diri ke dokter terdekat. Biasanya dokter akan melakukan pengambilan sampel lendir di tenggorokan, hidung hingga ulkus di kulit untuk diperiksa di laboratorium. Namun, apabila dokter melihat seseorang terindikasi tertular penyakit difteri, maka akan dilakukan penanganan atau pengobatan meskipun belum ada hasil laboratorium.

Salah satu tindakan yang dilakukan dokter adalah akan menyuntikkan antitoksin untuk melawan racun yang dihasilkan bakteri. Sebaiknya kalau kamu alergi terhadap obat ini beri tahu dokter agar diganti dengan obat lain. Nah, setelah itu dokter juga akan memberikan antibiotik untuk membantu mangatasi infeksi. Pemberian antibiotik ini biasanya dikonsumsi selama 2 minggu.

Setelah penderita sehat dokter juga akan memberikan vaksin difteri. Hal ini dimaksudkan agar vaksin itu menjadi benteng pertahanan terhadap difteri. Tetapi, umumnya dokter juga akan merekomendasikan para seseorang yang terinfeksi difteri untuk tinggal di rumah sakit.

Hal ini untuk melihat reaksi pasien terhadap obat dan mencegah kemungkinan penyebaran virus tersebut. Bahkan, dokter juga dapat melakukan isolasi ketat.

Recommended By Editor

Comments