Penelitian Terbaru Ungkap Diare Jadi Gejala Awal COVID-19

Kesehatan

Life & Style / Kesehatan

Penelitian Terbaru Ungkap Diare Jadi Gejala Awal COVID-19

Penelitian Terbaru Ungkap Diare Jadi Gejala Awal COVID-19

KEPONEWS.COM - Penelitian Terbaru Ungkap Diare Jadi Gejala Awal COVID-19 Diare bisa menjadi gejala pertama seseorang yang terpapar virus corona COVID-19. Penelitian yang diterbitkan dalam The American Journal of Gastroenterology mengatakan gejala diare dialami oleh beberap...

Diare bisa menjadi gejala pertama seseorang yang terpapar virus corona COVID-19. Penelitian yang diterbitkan dalam The American Journal of Gastroenterology mengatakan gejala diare dialami oleh beberapa pasien COVID-19.

Penelitian tersebut melibatkan 206 pasien di Union Hospital, Tongji Medical College, di Wuhan, China. Di mana virus tersebut pertama kali muncul. Para pasien digolongkan mempunyai kasus COVID-19 ringan karena mereka tidak mempunyai sesak napas atau gangguan pernapasan.

Selain itu para pasien juga mempunyai tingkat saturasi oksigen darah yang relatif tinggi. Para pasien dikirim ke fasilitas kesehatan meskipun gejala penyakit mereka ringan. Alhasil mereka dapat dipantau dan dikarantina selama puncak wabah yang terjadi di Wuhan.

Sebagaimana dirangkum News Week, Jumat (3/4/2020), 48 orang yang terinfeksi COVID-19 ini hanya mempunyai gejala pencernaan seperti diare. 69 orang lainnya dengan gejala pencernaan dan pernapasan, sementara 89 lainnya hanya dengan gejala pernapasan.

Sakit Perut

Rata-rata, para pasien, yang tinggal di Wuhan, berusia 62 tahun, dan 55,8 persen ialah perempuan. Di antara 67 orang yang mengalami diare, 19,4 persen menganggapnya sebagai gejala pertama COVID-19.

Sementara pasien lainnya baru muncul diare dalam 10 hari pertama setelah gejala pernapasan. Diare berlangsung antara satu hingga 14 hari. Sebesar 52,2 persen pasien mengatakan tinja mereka berair.

Sementara yang lain mengatakan tinja mereka lunak namun tidak berair. Sakit perut pun juga jarang terjadi dalam kondisi ini. Sekira 62,4 persen pasien dengan gejala pencernaan juga mengalami demam.

Sedangkan 73,1 persen pasien lainnya mengalami diare dan demam secara bersamaan. Dari jumlah tersebut 20,4 persen pasien mengalami gangguan perut sebelum demam. Sebesar 10,2 persen pasien setelah demam, dan yang lainnya merasakan gangguan perut dan demam secara bersamaan.

demam

Mereka yang juga merasa sakit dan merasa mual karena mengalami demam. Kondisi tersebut lebih parah ketimbang pasien yang hanya mempunyai gejala pencernaan yang lebih rendah.

Tim peneliti menemukan bahwa pasien yang mempunyai gejala pencernaan mungkin akan mencari perawatan lebih lambat daripada mereka yang mempunyai masalah pernapasan. Periode antara awal gejala dan tubuh pasien terbebas dari virus juga cenderung lebih lama.

Para pasien juga umumnya lebih banyak yang mempunyai virus pada kotoran mereka adalah hingga sebesar 73 persen. Dibandingkan dengan 14,3 persen pasien yang mempunyai masalah pernapasan. Para peneliti menguji tinja dari 22 pasien COVID-19.

Hasilnya mereka menemukan RNA, atau materi genetik, dari virus corona baru dalam 12 sampel. Beberapa pasien COVID-19 mungkin mengalami masalah seperti diare karena reseptor yang diikat oleh virus diekspresikan pada tingkat yang hampir 100 kali lipat lebih tinggi.

Masalah tersebut terjadi pada saluran pencernaan bagian atas dan bawah ketimbang pada organ pernapasan. Menurut Universitas Johns Hopkins, hampir 1 juta kasus COVID-19 telah dikonfirmasi di seluruh dunia. Sebanyak 47.522 orang telah meninggal, dan setidaknya 195.929 orang telah pulih.

Sebagian besar studi telah berfokus pada pasien yang sakit parah. Tapi karena 80 persen pasien mengalami penyakit ringan, sangat penting untuk menunjukkan gejala mereka. Alhasil mereka yang sakit ringan dapat dirawat di rumah dan dikarantina sendiri.

Pasien dengan gejala ringan tanpa disadari dapat menyebarkan virus. Pasien dengan gejala ringan ini menjadi pendorong utama pandemi COVID-19.

Perjalanan penyakit yang lebih lama pada pasien dengan gejala pencernaan mungkin mencerminkan viral load yang lebih tinggi pada pasien ini dibandingkan dengan mereka yang hanya mempunyai gejala pernapasan," tulis para penulis.

Selanjutnya

Comments