Dalam arkeologi sejarah, setiap kali sebuah makam kuno yang megah digali, itu selalu akan menjadi panen besar budaya arkeologi. Para ahli dapat mempelajari identitas dan kisah hidup pemilik makam berdasarkan peninggalan budaya, dan orang-orang yang dimakamkan setelah digali.
Bagi orang dulu, pemakaman yang megah sangat penting, terutama kaisar, mereka sangat menghargainya, sehingga makam kaisar umumnya dibangun ketika kaisar masih hidup.
Kaisar Kangxi dari Dinasti Qing memerintah selama 61 tahun, di mana kemajuan dinasti sangat cepat dan negaranya tenang, dan dia merupakan seorang Mingjun yang langka.
Setelah kematiannya, dia dimakamkan di Jingling. Makam itu dirampok oleh ratusan orang saat kekacauan negara pada tahun 1945. Interiornya hancur total. Tempat pemakaman Kaisar Kangxi dan selirnya dijarah, hanya menyisakan sisa-sisa yang berserakan, semua terlihat sangat mengerikan.
Hingga tahun 1952, para ahli dari Administrasi Negara Warisan Budaya datang ke Jingling, berharap mendapatkan sesuatu dari sisa-sisa yang sudah dirampok. Para ahli melihat pemandangan di depan mereka dan menarik nafas dengan sedih, semua yang ada di depan mereka berantakan.
Melalui penyortiran dan penghitungan, para ahli arkeologi menemukan bahwa ada 47 selir yang dimakamkan bersama Kaisar Kangxi. Konon, setiap makam mempunyai barang berharga, awalnya mereka mengira hanya ada 1 selir. Namun, ketika mereka menyadari bahwa ada 47 selir itu berarti akan ada banyak barang berharga di setiap makam.
Bila semua ini tidak dirampok, barang berharga tersebut benar-benar tidak ternilai harganya. Para arkeolog sangat terkejut dan menutup pintu makam dan pergi. Kekecewaan melanda hati arkeolog. Karena mausoleum ini sekarang sudah tidak mempunyai nilai penelitian.
Setelah itu, Jingling ditutup hingga tahun 1995. Saat itu, Administrasi Negara Warisan Budaya memutuskan untuk memperbaiki dan memulihkan Jingling lagi, dan mendirikan tempat-tempat indah untuk dinikmati wisatawan, dan peninggalan budaya yang ditinggalkan itu selalu menjadi rasa sakit yang tak terkatakan di hati para arkeolog nasional. (lidya/yn)
Sumber: homenews11
Video Rekomendasi:
Comments