Millen Cyrus Narkoba Lagi, Rehabilitasi Sia-Sia?

Kesehatan

Life & Style / Kesehatan

Millen Cyrus Narkoba Lagi, Rehabilitasi Sia-Sia?

Millen Cyrus Narkoba Lagi, Rehabilitasi Sia-Sia?

KEPONEWS.COM - Millen Cyrus Narkoba Lagi, Rehabilitasi Sia-Sia? Selebgram Millen Cyrus kembali diciduk polisi terkait kasus narkoba. Pemilik nama asli Muhammad Millendaru Prakasa Samudero diciduk Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya di sebuah kafe daerah Ke...

Selebgram Millen Cyrus kembali diciduk polisi terkait kasus narkoba. Pemilik nama asli Muhammad Millendaru Prakasa Samudero diciduk Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya di sebuah kafe daerah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada Minggu (28/2/2021) dini hari.

Dari lokasi, kami memeriksa seorang selebgram berinisial MC dan temannya. Dari hasil tes urine dan usap antigen, mereka positif benzo, kata Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya, Kombes Pol. Mukti Juharsa.

Sebelumnya, keponakan Ashanty ini juga pernah diciduk polisi karena narkoba pada November 2020. Kala itu, polisi menyita dua klip narkoba yang diduga sabu beserta alat isapnya.

Millen Cyrus

Millen menjalani rehabilitasi narkoba di Lido Jawa Barat dan menyelesaikannya pada 10 Januari 2021. Bahkan, Millen sempat mengklaim ditunjuk oleh BNN sebagai 'duta anti narkoba'. Lalu, kenapa Millen Cyrus seolah tidak kapok mengonsumsi narkoba meski sempat menjalani rehabilitasi? Apakah rehabilitasinya gagal?

5 Potret Millen Cyrus, Keponakan Ashanty yang Kembali Terjerat Narkoba

Millen Cyrus Kembali Terjerat Narkoba Positif Benzo, Apa Itu?

Diterangkan Konselor Jenni Jacobsen, kecanduan atau adiksi narkoba sebetulnya secara klinis dikenal dengan gangguan penggunaan zat. "Ini ialah penyakit kronis," katanya di laman The Recovery Village.

Artinya, kecanduan zat itu serupa dengan diabetes atau hipertensi yang mana penyakit tersebut tidak ada obatnya, namun ada terapi pengobatan untuk mengontrolnya. Bedanya, hipertensi dapat dipantau dengan tes tekanan darah, tapi kecanduan zat itu memengaruhi otak yang berarti sulit untuk mengukurnya.

"Sering kali memantau pengobatan kecanduan itu dilihat dari bagaimana perasaan pasien dan apa yang mereka pikirkan usai tak menyentuh zat terlarang," papar Jacobsen.

"Tidak ada kriteria yang diterima secara universal untuk keefektifan pengobatan, begitu banyak pusat rehabilitasi yang menentukan kesuksesan itu sendiri. Misalnya, seseorang mungkin berhenti memakai zat, tapi sifat merusaknya masih ada."

Comments