Menilik Molecular Gastronomi, Sekedar Tren atau Bisnis yang Menjanjikan?

Food & Kuliner

Travel / Food & Kuliner

Menilik Molecular Gastronomi, Sekedar Tren atau Bisnis yang Menjanjikan?

Menilik Molecular Gastronomi, Sekedar Tren atau Bisnis yang Menjanjikan?

KEPONEWS.COM - Menilik Molecular Gastronomi, Sekedar Tren atau Bisnis yang Menjanjikan? Bagi para pencinta masakan, istilah Molecular Gastronomi tentu sudah tidak asing lagi di indera pendengaran mereka. Secara harfiah, molecular gastronomi merupakan studi ilmiah yang mempelajari transfo...

Bagi para pencinta masakan, istilah Molecular Gastronomi tentu sudah tidak asing lagi di indera pendengaran mereka. Secara harfiah, molecular gastronomi merupakan studi ilmiah yang mempelajari transformasi fisiokimiawi dari bahan pangan selama proses memasak dan fenomena sensori saat makanan dikonsumsi.

Ada pula yang menyebut dengan istilah cooking with science karena proses memasaknya yang mengombinasikan ilmu-ilmu pengetahuan alam.

Di Indonesia sendiri, hanya ada satu restoran yang menerapkan konsep Molecular Gastronomi adalah, Namaaz Dining, yang terletak di Jalan Gunawarman, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Restoran ini menyuguhkan beragam hidangan unik yang dibalut dengan kejutan-kejutan tak terduga.

Namun bila ditilik lebih jauh, ada beberap pertanyaan yang sebetulnya menarik untuk dikupas lebih dalam.

Bila molecular gastronomi termasuk tren masakan, mengapa perkembangannya cenderung berjalan di tempat? Bahkan hingga saat ini hanya ada satu restoran yang secara murni menerapkan konsep tersebut.

Kemudian muncul lagi pertanyaan seputar keuntungan dan masa depan tren tersebut. Apakah keuntungannya tidak sebanding dengan restoran berkonsep kekinian? Atau karena memang belum banyak chef profesional yang mendalaminya?

chef

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Okezone melakukan wawancara langsung dengan Chef Ronald Prasanto, seorang coffee expert dan pendiri Ron s Laboratory.

Menurut pengakuannya, di Indonesia sendiri sebetulnya sudah banyak restoran-restoran bagus yang memakai teknik Molecular Gastronomi untuk membuat garnish. Namun mengingat proses pembuatannya yang memakan waktu lebih lama, ketika berbicara pemasukan konsep masak seperti ini jauh dari kata menguntungkan, kecuali sang kreator bisa mengemasnya dengan baik.

Proses pembuatannya lama banget. Contoh saja salah satu menu di Namaaz Dining. Mau bikin apel yang dibentuk jadi kertas lalu disulap lagi jadi kartu nama itu membutuhkan waktu 36 jam. Itulah sebabnya harga makanan Molecular Gastronomi cenderung lebih mahal, kata pria yang akrab disapa Ron itu.

chef

Jadi bukan karena bahan-bahan yang digunakan, tapi karena wqktu dan human resourcenya. Kalau mau main molecular harus punya teknik dasar memasak, dan pengetahuan yang mendalam dan kreativitas tinggi, timpalnya.

Potret Hot Mamah Muda Jelly Jelo, Model Seksi Beranak Satu

Lebih lanjut, Ron memaparkan, secara usaha konsep masakan ini tidak bisa bertahan lama atau sustainable. Karena pada dasarnya, orang-orang hanya ingin mencari experience (pengalaman), dan konsep tersebut hanyalah sebuah tren semata. Dalam arti lain, kemungkinan besar mereka tidak akan datang lagi karena sudah pernah melihat dan merasakannya secara langsung.

Berbeda dengan restoran yang memang mengedepankan cita rasa sebagai branding utamanya. Sebut saja restoran-restoran chinese dan rumah makan padang yang bisa bertahan hingga turun temurun.

chef

It s just a tren, begitu ngomongin makanan tren, lihat saja grafisnya yang tidak wajar naiknya cepat turunnya juga sangat tajam. Paling bertahan 2-3 tahun, ungkap Ron.

Seksinya Tasya Rosmala, Biduan Pantura yang Hobi Berpakaian Ketat

Berbeda dengan tren kopi susu yang tengah digandrungi masyarakat. Minuman bercita rasa manis diprediksi akan bertahan lama karena dalam kehidupan sehari-hari, kopi susu memang menjadi salah satu minuman favorit orang-orang Indonesia.

Kopi susu itu bakal bertahan lama. Orang Indonesia memang suka mengikuti tren, tapi pada akhirnya mereka akan kembali ke makanan classic yang sesuai dengan selera masing-masing. Dan selera ini tidak terbentuk begitu saja, tetapi dipengaruhi kebudayaan dan lingkungan sekitar. Seperti saya yang suka sekali makanan Chinese, tinggal diberi bawang putih yang banyak pasti saya suka, tutupnya.

(hel)

Comments