Menilik Karakteristik Kuliner Indonesia, Salah Satunya Makanan Khas Toraja

Food & Kuliner

Travel / Food & Kuliner

Menilik Karakteristik Kuliner Indonesia, Salah Satunya Makanan Khas Toraja

Menilik Karakteristik Kuliner Indonesia, Salah Satunya Makanan Khas Toraja

KEPONEWS.COM - Menilik Karakteristik Kuliner Indonesia, Salah Satunya Makanan Khas Toraja SEBAGAI negara kepulauan, Indonesia mempunyai jutaan 'harta karun' yang mungkin belum terjamah oleh banyak orang. Eits, tunggu dulu, harta karun yang dimaksud bukanlah gundukan emas seperti di film-fi...

SEBAGAI negara kepulauan, Indonesia mempunyai jutaan 'harta karun' yang mungkin belum terjamah oleh banyak orang. Eits, tunggu dulu, harta karun yang dimaksud bukanlah gundukan emas seperti di film-film bajak laut, melainkan kekayaan masakan yang tersebar di seluruh penjuru Nusantara.

Tidak dapat dipungkiri bahwa keragaman budaya daerah menghasilkan produk-produk budaya yang unik dan menarik untuk dieksplorasi, termasuk dalam hal masakan.

Seperti sebuah kisah yang disampaikan oleh pakar masakan legendaris Indonesia, William Wongso. Pria yang akrab disapa Om Will itu, beberapa waktu lalu berkesempatan menelusuri jejak masakan di daerah Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan.

Menurut penuturannya, Toraja masih menyimpan banyak sekali jenis kekayaan masakan yang belum terekspos oleh dunia luar. Contoh kecilnya merupakan olahan Pa'piong yang mungkin masih terdengar asing di indera pendengaran Kamu.

Secara umum, hidangan ini merupakan salah satu masakan khas Toraja yang terdiri dari daun miana yanf dicampur dengan babi, ayam kampung, daging tedong (kerbau), atau ikan mas. Keunikan pa'piong sebetulnya terletak pada proses pengolahannya yang memanfaatkan batang bambu.

papiong

(Foto: @ribkamarien/Instagram)

Soal rasa? Jangan ditanya lagi. Kudapan ini menyuguhkan sensasi rasa segar dan gurih yang bercampur menjadi satu. Karakteristik rasa ini sebetulnya tidak terlepas dari sejarah perdagangan rempah-rempah di Indonesia.

"Pada masa kolonial, daerah Timur Indonesia kurang memanfaatkan rempah-rempah karena sirkulasi perdagangan bahan makanan itu berada di Sumatera. Padahal, Banda itu kan penghasil rempah-rempah berbobot di negeri kita," papar William Wongso, di daerah Jakarta Selatan, Senin (17/9/2018).

kuliner khas sulawesi

(Foto: Masakan Khas Sulawesi/@aromasulawesiid/Instagram)

Lebih lanjut William memaparkan, hal ini kemungkinan besar juga disebabkan oleh kebijakan pemerintah Belanda yang membatasi penggunaan rempah-rempah bagi kaum pribumi. Akibatnya, rasa masakan di tempat ini lebih didominasi sensasi rasa segar.

"Ya itu karena mereka mengolahnya dengan jeruk cui atau limau. Seperti ketika mereka sedang masak ikan bakar. Ikan mentahnya dibersihkan, lalu ditambahkan air perasan limau. Habis itu langsung dibakar. Bumbunya benar-benar sederhana," jelas William.

Masih berkaitan dengan cerita tersebut, William juga sempat membeberkan fakta menarik yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia. Warga Toraja ternyata belum terlalu paham perihal fungsi atau penggunaan santan pada makanan.

"Di sana itu banyak sekali daging-daging kerbau sisa ritual yang membusuk karena masyarakat tidak tau cara untuk mengawetkannya. Saya saja sampai kaget, bagian paha kerbau berukuran besar dijual seharga Rp250 ribu. Padahal kalau dibuat rendang (memakai santan), daging-daging itu bisa disimpan dalam kurun waktu yang cukup lama," ungkap William.

Berbeda dengan daerah Timur Indonesia, karakteristik masakan di Pulau Sumatera justru mempunyai rasa yang lebih kompleks. Pada zaman dulu, para pedagang maupun pendatang dari banyak sekali penjuru dunia selalu berlabuh di Pulau Sumatera.

rendang

(Foto: Manilaspoon)

Mereka selalu berdagang di tempat tersebut, terutama pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya. Ada banyak sekali pedagang-pedagang asing yang menjajakan dagangannya di Pulau Sumatera. Sebut saja pedagang Gujarat (India).

"Saya kalau bawa tamu dari luar yang ingin makan besar di Indonesia, pasti selalu saya bawa ke Medan. Variasi makanannya luar biasa lengkap, mau makn kwetiau aja enggak habis-habis. Ada yg dimasak polos, dicampur rempah-rempah, dan masih banyak lagi," kata Om Will.

"Contoh lainnya bisa diambil dari makanan lokal mereka atau makanan khas Batak. Makanan ini juga mengalami perkawinan dengan makanan khas Minangkabau (Sumatera Barat). Selain itu, variasi makanan chinesenya juga sangat banyak," sambungnya.

Namun bagi wisatawan yang menyukai masakan dengan karakteristik rasa manis, William merekomendasikan untuk mengeksplorasi daerah Jawa Tengah.

"Secara umum masakan khas Jawa Tengah itu bisa dikatakan manis, terutama Solo dan Yogyakarta," tukasnya.

(hel)

Comments