Mengenal Bahaya Malaria Mix, Penyakit Mematikan yang Terjadi di Papua

Kesehatan

Life & Style / Kesehatan

Mengenal Bahaya Malaria Mix, Penyakit Mematikan yang Terjadi di Papua

Mengenal Bahaya Malaria Mix, Penyakit Mematikan yang Terjadi di Papua

KEPONEWS.COM - Mengenal Bahaya Malaria Mix, Penyakit Mematikan yang Terjadi di Papua PERNAHKAH Kamu mendengar Malaria Mix? Dari namanya, malaria ialah penyakit yang menyebar melalui gigitan nyamuk yang sudah terinfeksi parasit. Infeksi malaria bisa terjadi hanya dengan satu gigitan ny...

PERNAHKAH Kamu mendengar Malaria Mix? Dari namanya, malaria ialah penyakit yang menyebar melalui gigitan nyamuk yang sudah terinfeksi parasit.

Infeksi malaria bisa terjadi hanya dengan satu gigitan nyamuk. Diawali panas tinggi, kejang-kejang bahkan kalau tidak ditangani dengan benar, penyakit ini bisa menyebabkan kematian. Sementara Mix ialah kombinasi antar dua jenis virus malaria dalam tubuh seorang pasien, adalah Malaria Tropika yang dijangkitkan oleh nyamuk Anopheles dan Malaria Tertiana yang dijangkitkan oleh nyamuk Culex.

Malaria mix ditengarai sudah tersebar di seluruh kabupaten dan kota di Papua. Malaria akan mulai muncul dan dirasakan penderitanya setelah 10-15 hari digigit nyamuk tersebut.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Aids, TB dan Malaria Dinkes Kesehatan Provinsi Papua, dr. Berry Wopari menyebut ada tiga faktor utama maraknya penderita Malaria di Papua, adalah nyamuk dewasa, jentik nyamuk dan plasmodium atau bibit penyakitnya. Dari ketiga faktor tersebut, lingkungan sangat memengaruhi tumbuh kembangnya bibit malaria.

(Kisah Natasha, Gadis 20 Tahun yang Meninggal Karena Abaikan Penyakit Diabetes)

"Lingkungan berpengaruh besar pada derajat kesehatan seseorang, dan adanya malaria salah satu faktornya itu, lingkungan yang potensial menjadi sarang perkembangbiakan nyamuk. Sementara malaria mix, ini bisa terjadi juga karena lingkungannya kemungkinan besar ada dua jenis nyamuk di satu lokasi," kata dr. Berry Wopari, Kamis (13/9/2018).

Kedua jenis malaria ini baik Tropika maupun Tertiana sama bahayanya. Malaria Tropika sifatnya akut, hanya tidak mempunyai sifat kambuhan. Sementara Tertiana sifatnya tidak akut, namun akan kambuhan. Sedangkan Malaria mix merupakan malaria yang kedua ciri malaria tersebut campur di satu tubuh penderita.

Beberapa kasus ditemukan di perbatasan Indonesia-Papua Nugini. Bahkan penderita yang merupakan anggota Satgas Pengamanan Perbatasan harus meregang nyawa.

Malaria Tropika sangat berbahaya karena bisa menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah Kapiler. Bila menyerang ke otak maka suplai darah ke otak akan terganggu, dan akibatnya bisa disebut Malaria Otak. Sementara jikalau menyerang sel pembuluh darah, maka bisa menyerang ke ginjal, dan bisa berakibat fatal mengakibatkan gagal ginjal dan bisa meninggal dunia.

(Kasus Penyakit GERD Terus Meningkat di Indonesia, Duduki 10 Besar!)

Sedangkan Malaria Tertiana berbahaya karena bisa mengakibatkan Animea kronis. Ini terjadi bila diderita penderita pada waktu yang lama. Kondisi ini tentu sangat tidak baik jikalau diderita oleh ibu hamil karena mengganggu tumbuh kembang janin.

Untuk pengobatan, kedua malaria ini membutuhkan penanganan berbeda. Dokter Berry memaparkan perbedaan terdapat pada dosis Obat Anti Malaria (OAM) yang diberikan. Obat malaria ini kombinasi dari Dihidroartemisinin dan Piperakuin (DHP).

"Yang membedakan merupakan pada obat Piperakuin. Tropika diberi hanya sekali saja disesuaikan dengan berat badan pasien. Sementara Tertiana diberikan selama 14 hari. Dosis sesuai berat badan pasien," kata Berry.

Malaria baik Tropika, Tertiana atau mix sekalipun kalau penanganan bisa cepat dan tepat, maka malaria akan bisa disembuhkan. Pihak Satgas TNI Perbatasan RI - PNG Yonif 501 Kostrad malah melakukan uji darah setiap minggunya di 16 pos yang tersebar dari Skow hingga Bewan Baru. Langkah ini untuk antisipasi anggota agar tidak terserang malaria yang akut. Meski diakui Dansatgas Letkol Inf. Chandra hampir seluruh prajuritnya telah terserang malaria.

"Tapi kita pencegahan kuat. Selain vitamin yang dikonsumsi, kita juga lakukan pengecekan darah kepada prajurit. Kalau nampak, maka langsung kita kasih OAM. Ini pencegahan, sehingga anggota tidak sampai demam," ungkapnya.

Sesuai data Kementerian Kesehatan RI pada situasi malaria menurut Kabupaten/Kota di Indonesia tahun 2017, terdapat 10,7 juta penduduk yang tinggal di daerah endemis malaria. Daerah tersebut merupakan Papua, Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur.

(tam)

Comments