Pemilu di Thailand disebut diwarnai dengan keganjilan dan Komisi Pemilihan Umum Thailand berdalih hal itu terjadi karena kesalahan teknis manusia, media massa, hingga para peretas.
Sementara itu, dua kubu yang bersaing dalam pemilihan pertama Thailand semenjak kudeta militer pada 2014 mengatakan mereka berencana untuk membentuk koalisi.
Hasil perhitungan awal Pemilu menunjukkan Partai Palang Pracha Rath (PPRP) yang pro-militer mendapat suara lebih banyak dari rakyat.
Pada saat yang sama, partai oposisi Pheu Thai saat ini mempunyai jumlah kursi terbesar di parlemen.
Namun, ada banyak keluhan perihal beberapa keganjilan selama pemungutan suara hari Minggu dan proses penghitungan yang membingungkan.
Komisi Pemilihan Umum Thailand (EC) juga menghadapi kritik keras karena keputusannya untuk menunda menerbitkan hasil lengkap Pemilu tanpa memberikan penjelasan apa pun.
Sistem pemilihan umum Thailand yang rumit mengalokasikan beberapa kursi parlemen sesuai dengan jumlah suara yang masuk.
Para kritikus mengatakan perubahan peraturan pemilu yang diinisasi oleh militer pada tahun 2017 memang dirancang untuk menjaga kekuatan pro-militer tetap berkuasa.
Apa hasil sejauh ini?Pada hari Senin, Komisi Pemilihan Umum Thailand mengumumkan Pheu Thai, partai yang menyokong dengan mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, telah memenangkan 137 kursi di majelis rendah yang beranggotakan 500 orang.
BBCPPRP, yang menyokong pemimpin Thailand saat ini Jenderal Prayuth Chan-ocha, berada di posisi kedua dengan 97 kursi.
Comments