Langgeng atau Tidaknya Pernikahan, Bisa Diketahui dari Hal Ini

Kesehatan

Life & Style / Kesehatan

Langgeng atau Tidaknya Pernikahan, Bisa Diketahui dari Hal Ini

Langgeng atau Tidaknya Pernikahan, Bisa Diketahui dari Hal Ini

KEPONEWS.COM - Langgeng atau Tidaknya Pernikahan, Bisa Diketahui dari Hal Ini Jikalau suatu hari Kamu atau pasangan diminta menceritakan kisah cinta Kamu berdua, cobalah mendengarkannya. Karena apa? Ada beberapa tanda penting mengenai hubungan dan bagaimana meramalkan masa depa...

Jikalau suatu hari Kamu atau pasangan diminta menceritakan kisah cinta Kamu berdua, cobalah mendengarkannya. Karena apa? Ada beberapa tanda penting mengenai hubungan dan bagaimana meramalkan masa depan cinta Kamu berdua dalam cerita itu.

Pasangan yang sudah menikah seringkali diminta menceritakan bagaimana kencan pertama mereka. Kebanyakan cerita, disampaikan biasa saja tanpa ada cerita yang seru. Padahal di dalamnya pasti mengandung lebih dari kisah cinta biasa dan sederhana. Cerita kita juga mengandung tanda-tanda penting mengenai apa yang benar dan salah dalam perkawinan. Tidak penting bagaimana masa pendekatannya, bagaimana kita saling mengenal lebih dalam, bukan hanya memberikan indikasi bagaimana perkawinan ini dilihat, namun juga bisa menjadi indikator yang akurat mengenai apa yang akan terjadi.

Cerita atau kisah cinta semacam ini punya kemampuan yang kuat untuk meramalkan masa depan karena mengkomunikasikan sesuatu yang lebih penting ketimbang apa yang terjadi di masa lalu. Cerita yang disampaikan juga mengungkap apa yang kita rasakan mengenai beberapa kejadian di masa kini. Pasangan menikah yang kini tidak bahagia misalnya, mulai menyusun kembali masa lalu mereka dalam pandangan yang negatif. Begitu menurut psikolog John Gottman, Ph.D.

(Depositphotos)

(Depositphotos)

Dalam pertemuan American Psychological Society, Gottman sempat mengungkap hal itu setelah mendengarkan sejarah cinta 52 pasangan. Dan ia bisa meramalkan -dengan akurasi sekitar 94 persen-pasangan mana yang akan berpisah dan mana yang bisa bertahan lama. Begitu ada penurunan kualitas dalam hubungan perkawinan, hal itu langsung memicu semacam "air terjun". Sulit untuk membalikkannya tanpa usaha yang aktif dari kedua belah pihak. Pasangan bisa saja bertahan kendati tidak bahagia selama waktu tertentu sebelum mulai memikirkan baik tidaknya berpisah.

Kekecewaaan yang dirasakan dalam sebuah hubungan perkawinan, sekarang, menjadi lebih mudah diingat dibandingkan dengan kapan Kamu terakhir kali dibuat deg-degan dan gemetaran saking senangnya melihat pasangan. Kenangan bulan madu yang mengasyikkan mungkin saja tergantikan oleh kenangan seringnya ia terlambat ketika kencan dengan Kamu.

"Dalam perkawinan yang stabil, pasangan membicarakan hubungan asmara mereka dengan cara yang positif," tukas Gottman, profesor psikologi di University of Washington. "Mereka ingat banyak hal mengenai bagaimana mereka bertemu dan mengenai beragam periode pernikahan mereka. Dalam pembicaraan itu kalimat mereka saling melengkapi. Terasa adanya perhatian terhadap konsensus dan penentuan keputusan bersama. Dan ditambah lagi dengan banyaknya ekspresi spontan yang mengisyaratkan kasih sayang dan kemesraan mereka satu sama lain."

Gottman menekankan 7 hal yang perlu diwaspadai dalam cerita cinta. Menurut Gottman, cerita tadi menyediakan tanda-tanda penting yang memberikan pemahaman mengenai kondisi hubungan perkawinan yang dijalani saat itu. Jadi bila Kamu dan pasangan mengungkapkan kisah cinta Kamu berdua, ini dia beberapa hal yang perlu Kamu waspadai:

Kekecewaan perkawinan

Saat menceritakan kisah perkawinan, kekecewaan yang dirasakan suami menjadi peramal terbaik akan putusnya hubungan di masa datang. Tak ada salahnya pihak istri untuk mendengarkan apa yang dikatakan suaminya. Suami yang tidak bahagia mengungkap perkawinannya saat ini tidak seperti yang ia duga. Mereka bilang, "Saya harap kami menunggu lebih lama sebelum memutuskan untuk menikah karena tidak seorang pun mengatakan betapa beratnya pernikahan. Dan menikah itu keputusan yang emosional dan sangat tidak rasional."

(Depositphotos)

(Depositphotos)

Kemesraan

Pasangan yang bahagia sering menyebut kualitas yang mereka kagumi dari pasangannya. Kalau suami memuji keberanian Kamu atau istri menyebut betapa bangganya ia, saat Kamu berhasil menyandang gelar S2, berarti perkawinan Kamu aman. Kemesraan mewarnai kata-kata yang biasa kita gunakan. Saat ditanya mengenai hari perkawinan misalnya, salah satu suami berkomentar, "Menakjubkan. Maria tidak pernah secantik itu saat ia jalan menuju altar dalam balutan gaun putihnya."

Pasangan yang hubungannya tidak begitu baik tidak hanya sulit mengingat kebersamaan yang menyenangkan, namun cerita mereka juga samar dan tidak bersemangat. Merekalah pasangan yang tidak bisa mengingat lagu cinta mereka dan tak bisa mengingat bagaimana mereka pertama kali merayakan Hari Raya. "Saat-saat bahagia hanya sedikit kami rasakan, mengingat kami tidak pernah punya uang atau waktu satu sama lain," ungkap seorang istri. "Sedikit waktu dengan anak-anak atau sebagai keluarga dan itu saja."

Negativitas

Sewaktu kritik memasuki cerita, dimulailah saat-saat buruk. Satu istri yang kecewa mengungkapkannya pada seorang sahabat, "Suamiku tidak berubah sedikit pun. Ia masih mengharapkan saya yang mencuci dan memasak." Mengingat negativitas berkaitan dengan masa lalu, pasangan yang siap berpisah mungkin saja bertengkar soal bagaimana mereka bisa bersama. Seorang istri mengatakan, pasangannya muncul dari belakang dan mengagetkannya di bar, sementara si suami meyakinkan istrinya (ketika itu) tidak kaget atau takut. Ia saat itu hanya ingin mengajaknya minum kopi. "Saya pikir ia orang lain waktu menelepon dan mengajak saya kencan," istri lainnya cerita. "Saya tidak tahu mengapa saya tertarik padanya."

Membuatkan kebahagiaan atau menutup diri

Bicara mengenai perkawinan mereka, terasa menyenangkan bagi kebanyakan pasangan, tetapi tidak bagi mereka yang hubungannya retak. Tutup mulut soal hubungan mereka, menjadi satu menunjukan buruk. Bila pasangan yang perkawinannya berhasil mereka senang menceritakan kisah cintanya. Maka mereka yang nyaris berpisah akan memberikan komentar seperti, "Saya menyimpannya untuk diri sendiri. Itulah saya dan akan selalu begitu."
Selain menyenangkan dan santai, pasangan yang bahagia juga mengulangi perasaan-perasaan pasangannya. Ketika seorang suami mengungkapkan bahwa ia dan istrinya menikmati waktu-waktu mereka berkenalan dan membangun hubungan asmara, sang istri sependapat. "Benar, itu saat-saat menyenangkan. Bahkan sampai sekarang."

Menjalani kebersamaan atau masing-masing hidup di jalannya sendiri

Pasangan yang langgeng bertahan memakai istilah "kami" dan "kita" dalam cerita mereka dan menggambarkan tujuan dan keputusan-keputusan mereka sebagai hasil kebersamaan. Sedangkan pasangan yang bermasalah tidak pernah menyebut kata "kami", ini juga dibicarakan Gottman. "Satu-satunya waktu di mana mereka menyebut kebersamaan hanyalah ketika mereka bicara wacana anak-anak. Mereka bilang 'anak kami.' Sangat memprihatinkan bagaimana minimnya kebersamaan mereka."
Dalam perkawinan yang bermasalah, suami atau istri mungkin saja menahan pasangannya mengeluarkan pernyataan yang mengisyaratkan kebersamaan. Bila salah satu menyatakan, "Itu saat-saat sangat sulit bagi kami," bukan tidak mungkin pasangannya langsung berujar, "Mengapa kamu tidak bicara mewakili diri sendiri? Saya menyukai saat-saat tadi dalam kehidupan kita. Saya tahu kamu tidak bahagia, tetapi saya (waktu itu) sangat bahagia."
Pasangan yang intim sama-sama menekankan pentingnya keinginan untuk bersama dan masih menginginkannya. "Kami berdiri sendiri dan tidak lagi melibatkan keluarga besar. Kami melakukan apa yang kami anggap benar," cetus salah seorang. "Tidak peduli apa yang dikatakan orang-orang, inilah cinta."

Kekacauan dalam kehidupan perkawinan

Pasangan yang perkawinannya bermasalah tidak dapat menyembunyikan kekacauan yang terjadi. Mereka menggambarkan wacana kisah yang penuh masalah tak terduga dan banyak kendala. "Hidup terasa sangat sulit 2 tahun belakangan. Saya banting tulang berusaha menyediakan makanan untuk keluarga." Pasangan seperti ini bicara perihal pengangguran dan kehamilan yang tak diinginkan, ketidaksetujuan dari keluarga dan kekhawatiran soal uang. Mungkin saja mereka mengatakan, menikah karena alasan-alasan yang belum siap mereka jelaskan. Saat ditanya pada seorang suami mengapa akhirnya ia menikah, ia menjawab, "Saya tumbuh dalam keluarga yang meyakini saya harus mengawini seseorang."

Mensyukuri cobaan

Bukan hanya apa yang terjadi pada pasangan yang menambah cerita cinta tadi. Tetapi juga bagaimana kita memandang beberapa kejadian. Pasangan yang berhasil mungkin saja sama-sama merasakan apa yang dialami pasangan yang bermasalah. Namun mereka bisa menghadapi penderitaan dan bangkit di saat-saat sulit. "Perkawinan menjadi pekerjaan paling sulit yang pernah Kamu dapatkan, tetapi Kamu layak mendapatkannya," beber seorang suami. Istri lainnya mengingat, "Kami melewati pengalaman yang berat beberapa tahun terakhir, tanpa tahu kapan suami akan mendapatkan pekerjaan lagi dan kehilangan beberapa sahabat. Tapi kami berhasil melewatinya. Memang sulit tapi kami bisa melewatinya."

Saat mendengarkan kisah cinta Kamu, cobalah waspada suara-suara optimis. Kita semua punya cerita cinta yang berbeda. Cerita ini berkembang berdasarkan emosi-emosi yang terbentuk. Dalam prosesnya cerita itu bisa memengaruhi apa yang kita rasakan saat ini dan bagaimana kita memperlakukan pasangan nantinya. Semuanya bisa memberikan indikasi pasangan mana yang penuh penyesalan dan mana yang siap menuju masa depan yang penuh harapan.

Rekomendasi

Comments