Kisah Sudaryanto, Kakek 75 Tahun yang Sudah 100 Kali Donorkan Darah

Kesehatan

Life & Style / Kesehatan

Kisah Sudaryanto, Kakek 75 Tahun yang Sudah 100 Kali Donorkan Darah

Kisah Sudaryanto, Kakek 75 Tahun yang Sudah 100 Kali Donorkan Darah

KEPONEWS.COM - Kisah Sudaryanto, Kakek 75 Tahun yang Sudah 100 Kali Donorkan Darah Waktu menunjukkan pukul 11.00 WIB, suara rintik hujan terdengar begitu keras dari balik jendela. Cuaca dingin begitu terasa hingga menusuk ke dalam tulang. Namun hal tersebut tidak mematahkan semangat...

Waktu menunjukkan pukul 11.00 WIB, suara rintik hujan terdengar begitu keras dari balik jendela. Cuaca dingin begitu terasa hingga menusuk ke dalam tulang.

Namun hal tersebut tidak mematahkan semangat FX Sudaryanto untuk membagikan kisah menariknya saat pertama kali memutuskan menjadi pendonor darah sukarela. Padahal, suasana hati pria berusia 75 tahun itu sedang tidak karuan. Perasaan senang bercampur sedih tengah berkecamuk di hatinya.

Bagaimana tidak, hari ini Palang Merah Indonesia telah mengumumkan bahwa Sudaryanto menjadi satu dari 842 pedonor darah sukarela yang akan mendapatkan penghargaan Satyalancana Kebaktian Sosial. Penghargaan tersebut merupakan bentuk apresiasi negara terhadap pendonor darah yang sudah menyumbangkan darahnya lebih dari 100 kali secara sukarela.

: 100 Kali Donor Darah, 842 Orang Dapat Cincin Emas

Bagi Sudaryanto, penghargaan tersebut tidak lain hanya sebagai bonus semata, mengingat ia menyumbangkan darah murni karena ingin membantu yang membutuhkan.

Saya mulai donor darah itu dari tahun 1979. Satu tahun sebelumnya saya sudah menetapkan niat untuk membersihkan dan membuat tubuh saya sehat. Saya berhenti merokok, mulai rajin berolahraga, dan menjaga pola makan, tutur Sudaryanto saat ditemui Okezone, di Markas Pusat PMI, di Jakarta Selatan, Jumat (25/1/2019).

Keputusan Sudaryanto untuk mendonorkan darah ternyata berkaitan dengan pengalaman yang pernah ia alami sewaktu kecil, ditambah lagi melihat kondisi kesehatan orang-orang di sekitarnya.

Saya lahir tahun 1943. Pada saat itu saya masih melihat perang terjadi di mana-mana, banyak mayat yang dibiarkan tergeletak di tengah dalam keadaan bersimbah darah. Memori tersebut terus tertanam di pikiran saya, ungkap pria asal Solo, Jawa Tengah itu.

Tak Selalu Pelosok, Ini 5 Kasus Gizi Buruk di Perkotaan

Semenjak saat itu, saya terus kepikiran, apalagi saat saya beranjak dewasa, saya sering mendapat kabar dari keluarga dan orang-orang di sekitar bahwa mereka sedang membutuhkan donor darah. Akhirnya saya memantapkan diri untuk menjadi pendonor, timpalnya.

Untungnya, tempat kerja Sudaryanto pada saat itu memang rajin mengadakan kegiatan donor darah, bahkan dilakukan dua kali dalam setahun. Namun ternyata, ia masih merasa kurang puas. Sudaryanto akhirnya mencari tempat lain untuk menyumbangkan darah di luar lingkungan kerja.

Saya tidak punya harta yang bisa saya gunakan untuk membantu orang. Jadi saya pikir, dengan saya menyumbangkan darah ini bisa menjadi penggantinya. Oleh karena itu saya mulai mencari tempat alternatif dan rajin menjadi pendonor, jelasnya.

Keputusan Sudaryanto menjadi pendonor darah mendapat dukungan penuh dari keluarganya. Almarhum istri dan ketiga anaknya bahkan sempat menjadi pendonor rajin.

Almarhum istri saya sangat menyokong saya. Justru dialah yang selalu mengingatkan saya untuk berolahraga dan menyantap makanan sehat agar kualitas darah yang saya sumbangkan terjamin, kenangnya.

Lebih lanjut, Sudaryanto mengatakan, setiap kali mendonorkan darah ke rumah sakit atau ke kantor cabang PMI, ia merasa tubuhnya seperti terlahir kembali. Pernyataannya itu mungkin cenderung berbeda dengan pendonor darah lainnya yang cenderung lemas dan cepat lelah.

Tidak tahu kenapa, sehabis saya donor saya merasa tubuh kembali segar. Entah karena memang saya rajin berolahraga, atau kegiatan ini seperti merefresh fungsi darah di dalam tubuh saya, paparnya.

Meski kini usianya sudah masuk dalam kategori lansia, Sudaryanto mengaku bahwa sebetulnya ia masih ingin menyumbangkan darah untuk meringankan beban orang-orang di sekitarnya.

Namun mengingat beberapa dokter menetapkan kebijakan khusus, Sudaryanto kini mengaku kesulitan jikalau ingin mendonorkan darahnya.

Saya sampai ke luar kota untuk mendonorkan darah. Karena syarat untuk menjadi pendonor itu harus berumur lebih dari 17 tahun, dan untuk yang berumur lebih dari 60 tahun harus melalui pertimbangan dokter, pungkasnya.

(tam)

Comments