Kamu salah satu pengguna software tersebut? Mulai sekarang kamu harus bisa membatasi waktu untuk berkreasi menggunakan software tersebut. Memang sih kreatif, tapi kalau jadi keterusan?
Karel Karsten Himawan, psikolog dari Fakultas Psikologi Universitas Pelita Harapan baru-baru menuturkan kepada detikHealth kalau dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) yang menjadi panduan psikolog saat ini, kecanduan pada sosmed dan internet masih belum dapat ditegakkan sebagai gangguan psikologis.
"Namun, bagi saya, kalau seseorang sudah sampai tidak bisa lepas dengan sosmed tertentu atau gadget tertentu, hampir seluruh waktunya dihabiskan di sana, hingga terganggu fungsi sosial dan aktivitas sehari-harinya, sudah pantaslah ia dirujuk mendapat pendampingan psikologis, tidak perlu menunggu diagnosa dulu," tegas Karel.
Ia pun mengingatkan kepada remaja yang terlalu banyak membenamkan diri mereka pada software sejenis Tik Tok dan kawan-kawan untuk lebih bersosialisasi dengan teman-temannya secara langsung.
"Use the app, but do not abuse it. Software itu dibuat supaya anak muda dapat mengeksplorasi kreativitasnya dalam mengisi waktu lenggang. Ketika waktunya dengan sahabat, tertawalah bersama; jangan hanya tertawa di depan kamera. Ketika waktunya bersama dengan keluarga, berceritalah dengan suara bukan dengan diketik."
Karel juga memberikan nasihatkan untuk fokus dan singkirkan segala distraksi semisal handphone ketika waktunya belajar dan merencanakan masa depan.
"Hidupmu tidak berawal dari apps itu, sehingga tidak seharusnya berakhir dari apps itu juga. Nilai dan keberhargaan dirimu lebih daripada sekadar berapa orang yang bereaksi atas apa yang kamu tampilkan di sana," sarannya.
Tonton juga: 'Pengumuman! Tik-Tok Resmi Diblokir Kominfo'
Comments