Erlina, Yuanita, Venny: Inovasi Karpet Lokal Buatan Tangan Rayya Home

Lifestyle & Fashion

Life & Style / Lifestyle & Fashion

Erlina, Yuanita, Venny: Inovasi Karpet Lokal Buatan Tangan Rayya Home

Erlina, Yuanita, Venny: Inovasi Karpet Lokal Buatan Tangan Rayya Home

KEPONEWS.COM - Erlina, Yuanita, Venny: Inovasi Karpet Lokal Buatan Tangan Rayya Home Erlina, Yuanita, Venny: Inovasi Karpet Lokal Buatan Tangan (dok. Pribadi) Hobi mendekorasi rumah, tiga sekawan Erlina Anastasia (39), Yuanita Dwiyana (39), dan Venny Vernita (40) menjajal usaha karpet...

Erlina, Yuanita, Venny: Inovasi Karpet Lokal Buatan Tangan (dok. Pribadi)

Hobi mendekorasi rumah, tiga sekawan Erlina Anastasia (39), Yuanita Dwiyana (39), dan Venny Vernita (40) menjajal usaha karpet buatan tangan. Usaha berlabel Rayya Home yang dimulai secara daring kini punya peminat dari seluruh wilayah Indonesia. Bahkan, datang banyak sekali tawaran kerja sama dari luar negeri.

Erlina, Yuanita, dan Venny yang bersahabat semenjak kuliah mendirikan Rayya Home pada Desember 2014. Diperkenalkan pertama kali lewat Instagram, mulanya mereka memproduksi keset dengan teknik hand-tufted, yang memadukan fungsi alat dan manusia. Siapa sangka, pesanan mulai berdatangan. Karena mengusung customize, mereka mendapatkan semua permintaan dengan senang hati.

"Kami memang custom, jadi konsumen bisa memilih ukuran dan warna yang diinginkan. Selain kami juga memiliki enam jenis ukuran standar," beri tahu Erlina kepada Bintang di Jakarta, pekan lalu. Bentuk dan motif karpet disebut Erlina bisa disesuaikan dengan selera konsumen. Sedangkan, bahan yang digunakan merupakan akrilik. Alasannya, harga lebih bersaing di pasaran.

Erlina, Yuanita, Venny: Inovasi Karpet Lokal Buatan Tangan (dok. Pribadi)

"Hand-tufted sebenarnya juga pakai wol, tapi harganya terlalu tinggi. Dengan akrilik, tampilannya hampir sama dengan wol dan harganya lebih bersaing," Erlina menjelaskan. Awam dalam usaha karpet, ketiganya memiliki tantangan besar. Salah satunya, proses produksi yang memakan waktu lama diakali dengan sistem pra-pesan per 10 hari.

"Jadi proses produksi dilakukan setiap tanggal 10, 20, dan 30 per bulannya," Yuanita menambahkan. Dibantu lima pengrajin di Yogyakarta, inovasi mulai dilakukan. Kalau awalnya hanya memproduksi motif karpet yang dasar dan umum, ketiganya memberanikan diri menciptakan motif sendiri. Bukan hal mudah kata Yuanita membuat desain asli khas Rayya Home yang kini punya tiga tema ini.

Penerimaan konsumen sampai komunikasi dengan pengrajin jadi tantangan berkreasi dengan motif baru. Kuncinya, menyamakan persepsi dan menjaga konsistensi kerja para pengrajin. "Intinya kami harus mengerti keterbatasan para pengrajin. Biasanya kami cari apa yang sudah pernah mereka buat dan mulai berkreasi dari sana," papar Yuanita yang bertugas sebagai bendahara Rayya Home ini.

Erlina, Yuanita, Venny: Inovasi Karpet Lokal Buatan Tangan (Markuat / tabloidbintang)

Dipasarkan secara daring, karpet Rayya Home dibanderol mulai dari 800 ribu rupiah. Harga yang cukup tinggi itu sempat dipertanyakan beberapa konsumen. "Kadang ada yang tanya mahal banget, sih. Ini karena proses pengerjaannya harus satu per satu dan butuh skill," Erlina memberi pengertian.

(yuri / gur)

Comments