Dibalik Akun Bodong Twitter dan Instagram, Ternyata Banyak Bot Buzzer dari Instansi Militer

Tekno & Gadget

Updates / Tekno & Gadget

Dibalik Akun Bodong Twitter dan Instagram, Ternyata Banyak Bot Buzzer dari Instansi Militer

Dibalik Akun Bodong Twitter dan Instagram, Ternyata Banyak Bot Buzzer dari Instansi Militer

KEPONEWS.COM - Dibalik Akun Bodong Twitter dan Instagram, Ternyata Banyak Bot Buzzer dari Instansi Militer Jaringan akun Facebook dan Instagram kemungkinan dijalankan oleh orang-orang yang terkait dengan militer AS dan berfokus pada audiens di sejumlah negara, termasuk Rusia, Afghanistan, Iran, dan Suriah...

Jaringan akun Facebook dan Instagram kemungkinan dijalankan oleh orang-orang yang terkait dengan militer AS dan berfokus pada audiens di sejumlah negara, termasuk Rusia, Afghanistan, Iran, dan Suriah antara lain, kata raksasa media Meta dalam sebuah laporan baru.

"Kami menghapus 39 akun Facebook, 16 Halaman, dua Grup, dan 26 akun di Instagram karena melanggar kebijakan kami terhadap perilaku tidak autentik yang terkoordinasi," kata laporan tersebut seperti dilansir dari Sputnik News.

- Dell Technologies Perkuat Ketahanan Siber Melalui Inovasi Perlindungan Data dan Keamanan Multicloud - Jepang Menang Atas Jerman, Netizen Cocokkan dengan Anime Tsubasa hingga Blue Lock - 11 Tablet dan HP Nokia Android yang Ada di Indonesia: Ini Harga dan Spesifikasinya

"Penyelidikan Kamu menemukan hubungan dengan individu yang terkait dengan militer AS."

Jaringan ini berasal dari Amerika Serikat dan berfokus pada sejumlah negara termasuk Afghanistan, Aljazair, Iran, Irak, Kazakhstan, Kirgistan, Rusia, Somalia, Suriah, Tajikistan, Uzbekistan, dan Yaman, tambah laporan itu.

Pengoperasian akun palsu itu berjalan di beberapa layanan internet, termasuk Twitter, YouTube, dan Telegram, serta VKontakte dan Odnoklassniki yang berbasis di Rusia, demikian menurut laporan itu.

Ilustrasi Twitter. (Unsplash/ Yucel Moran)Ilustrasi Twitter. (Unsplash/ Yucel Moran)

Juru bicara Pentagon Cesar Santiago mengatakan pada hari Rabu bahwa Departemen Pertahanan mengetahui temuan dalam laporan ancaman musuh triwulanan raksasa sosmed itu, tetapi menolak untuk memberikan komentar.

"Kami sedang memeriksa dan menilai berita apa pun" yang dirilis dalam laporan itu, Santiago menggarisbawahi.

Laporan perusahaan itu muncul setelah Washington Post merinci pada September bahwa Pentagon telah membuka tinjauan perihal bagaimana operasi psikologis klandestinnya dilakukan. Tinjauan itu muncul setelah keluhan diajukan perihal pengaruh militer AS melalui platform sosmed seperti Facebook dan Twitter.

Ilustrasi Instagram. (Pixabay)Ilustrasi Instagram. (Pixabay)

Pada Bulan September, raksasa media itu mengumumkan telah menghapus 1.600 akun palsu karena diduga menyebarkan propaganda Rusia wacana situasi di Ukraina. Juga pada bulan September, perusahaan menghapus 81 akun Facebook, delapan Halaman, satu Grup, dan dua akun di Instagram yang diduga terkait dengan China.

Rusia menetapkan Meta sebagai organisasi ekstremis pada 21 Maret setelah raksasa sosmed itu secara selektif mencabut aturannya untuk memungkinkan Ukraina menyerukan kekerasan dan memakai ujaran kebencian terhadap "penjajah" Rusia, termasuk seruan untuk kematian Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Belarusia Alexander Lukashenko.

Comments