Di Negara Yang Mataharinya Tak Pernah Tenggelam Ini, Nasib Warga Muslim Terombang-Ambing

Unik

Ragam / Unik

Di Negara Yang Mataharinya Tak Pernah Tenggelam Ini, Nasib Warga Muslim Terombang-Ambing

Di Negara Yang Mataharinya Tak Pernah Tenggelam Ini, Nasib Warga Muslim Terombang-Ambing

KEPONEWS.COM - Di Negara Yang Mataharinya Tak Pernah Tenggelam Ini, Nasib Warga Muslim Terombang-Ambing Di Negara Yang Mataharinya Tak Pernah Tenggelam Ini, Nasib Warga Muslim Terombang-Ambing17Karena berada di negara yang mataharinya selalu terang di musim panas dan kegelapan total ketika musim dingin,...

Di Negara Yang Mataharinya Tak Pernah Tenggelam Ini, Nasib Warga Muslim Terombang-Ambing

17

Karena berada di negara yang mataharinya selalu terang di musim panas dan kegelapan total ketika musim dingin, umat Islam yang ada di Finlandia dan Swedia ini nasibnya terombang-ambing.

Pasalnya di negara ini mataharinya hanya terbenam selama 55 menit saja dan itu berarti mereka harus berpuasa lebih dari 20 jam setiap harinya.

Seperti yang tengah dialami oleh keluarga yang berasal dari Bangladesh dan tinggal di Finlandia ini.

Puasa dimulai pukul 1.35 pagi dan selesai pada pukul 00.48 pagi. Jadi puasa berlangsung selama 23 jam dan 5 menit. Teman-teman dan keluarga kami di Bangladesh tidak percaya bahwa kita bisa berpuasa selama lebih dari 20 jam, ujar pria tersebut.

Itulah sebabnya Imam lokal dan presiden Islam Society of Northern Finlad yang bernama Dr Badul Mannan berkata bahwa,

Ada 2 pemikiran mengenai puasa di negara yang harinya lebih dari 18 jam. Cendekiawan Mesir berkata kalau satu hari begitu panjang atau lebih dari 18 jam, maka traveler bisa mengikuti waktu di Mekkah atau Madinah atau negara Muslim terdekat. Dan pemikiran inilah yang paling umum diikuti oleh mayoritas umat Muslim di Finlandia. Mereka mengikuti jam berpuasa di Mekkah atau Turki yang dekat dengan Finlandia. Akan tetapi pendapat cendekiawan Saudi berkebalikan dengan pemikiran ini. Menurut mereka, bagaimana pun harinya baik panjang atau pendek, harus mengikuti waktu lokal.

Karena perbedaan pendapat inilah, Nafisa Yeasmin menjadi dilema. Peneliti dari University of Lapland ini mengatakan bahwa,

Sangat sulit bagiku untuk mengikuti jam puasa di sini karena aku sudah terbiasa dengan 12 jam siang dan 12 jam malam di Bangladesh. Aku sempat berpikir untuk mengikuti jam Mekkah, tapi aku khawatir bila puasaku akan diterima Allah atau tidak.

Baca Juga Informasi Mengenai Umat Muslim di Negara Ini Memiliki Durasi Puasa Terpendek di Dunia! Hanya 9 Jam

Comments