Demi jadi tukang kebun di Jepang, pria ini rela pindah kewarganegaraan

Kepo Stories

Ragam / Kepo Stories

Demi jadi tukang kebun di Jepang, pria ini rela pindah kewarganegaraan

Demi jadi tukang kebun di Jepang, pria ini rela pindah kewarganegaraan

KEPONEWS.COM - Demi jadi tukang kebun di Jepang, pria ini rela pindah kewarganegaraan Jepang memang mempunyai daya tarik tersendiri untuk memikat turis dunia untuk datang berkunjung. Selain itu, negeri sakura ini juga dikenal akan kemajuan teknologinya serta wisata alamnya yang luar bi...

Jepang memang mempunyai daya tarik tersendiri untuk memikat turis dunia untuk datang berkunjung. Selain itu, negeri sakura ini juga dikenal akan kemajuan teknologinya serta wisata alamnya yang luar biasa.

Rupanya Jepang memang benar-benar membuat salah satu turis asal Swedia begitu jatuh cinta. Ya, pria bernama Jakob Sebastian Bjork ini rela pindah kewarganegaraannya demi bisa tinggal di negara impiannya, Jepang.

Hal itu dilakukan pria yang kini berganti nama menjadi Tatsumasa Murasame karena kecintaannya terhadap dunia berkebun tradisional yang merupakan budaya Jepang. Hobinya yang berkebun telah membuat dirinya dijuluki sebagai tukang kebun paling ganteng.

Nah, penasaran kan dengan sosok satu ini? Berikut beberapa potretnya, seperti dirangkum dari akun Instagram @tatsumasa.murasame, Senin (17/9).

1. Pria yang kini bernama Tatsumasa Murasame ini sangat mencintai Jepang semenjak remaja.

2. Ia sangat menyukai budaya Jepang terutama berkebun tradisional seperti memelihara bonsai dan tanaman khas lainnya.

3. Selain disibukkan dengan aktivitas berkebun, ia juga bekerja sebagai model di waktu luangnya.

4. Selain itu ia juga kerap tampil di layar televisi Jepang menjadi seorang binaragawan.

5. Tatsumasa kerap membagikan tips hidup sehat yang membuat tubuhnya kekar.

6. Tak biasa ada pria Eropa rela menjadi tukang kebun, tentu saja Tatsumasa menjadi perhatian kaum hawa.

7. Kini Tatsumasa pun dijuluki tukang kebun paling ganteng di Jepang.

8. Terhitung, Tatsumasa sudah tinggal di Jepang selama lima tahun.

Comments