Cerita Tenaga Kesehatan di Pelosok Kalbar, Alami Kendala Bahasa hingga Harus Berpisah dari Istri Tercinta

Kesehatan

Life & Style / Kesehatan

Cerita Tenaga Kesehatan di Pelosok Kalbar, Alami Kendala Bahasa hingga Harus Berpisah dari Istri Tercinta

Cerita Tenaga Kesehatan di Pelosok Kalbar, Alami Kendala Bahasa hingga Harus Berpisah dari Istri Tercinta

KEPONEWS.COM - Cerita Tenaga Kesehatan di Pelosok Kalbar, Alami Kendala Bahasa hingga Harus Berpisah dari Istri Tercinta TIDAK semua orang ingin mengabdi di daerah terpencil seperti perbatasan. Alasannya bermacam-macam. Ada yang menganggap daerah seperti itu tidak mempunyai fasilitas yang lengkap, akses sulit, jauh dari...

TIDAK semua orang ingin mengabdi di daerah terpencil seperti perbatasan. Alasannya bermacam-macam. Ada yang menganggap daerah seperti itu tidak mempunyai fasilitas yang lengkap, akses sulit, jauh dari keluarga, dan masih banyak lagi.

Akan tetapi, masih ada orang yang mempunyai keinginan untuk mengabdi di daerah perbatasan. Contohnya tenaga kesehatan yang tergabung dalam Nusantara Sehat. Mereka membantu memenuhi kekurangan di Puskesmas yang berada di daerah terpencil, perbatasan, dan kekurangan (DTPK).

Okezone berkesempatan langsung menemui para tenaga kesehatan saat melakukan Ekspedisi Nusantara Sehat di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat pada 27-30 November 2018. Puskesmas yang pertama kali dikunjungi ialah Puskesmas Emboluh Hulu. Di sana ada beberapa tenaga kesehatan yang berasal dari banyak sekali daerah.

Salah satunya merupakan Iribys TLB Erap. Dirinya merupakan perawat yang berasal dari Nusa Tenggara Timur. Perbedaan bahasa dan budaya sempat menjadi kendala. Tapi tidak memutuskan semangat Iribys untuk mengabdi.

"Secara umum orang di sini baik-baik. Mereka mendapatkan kita, mengerti dari jauh jadi pengertiannya ada. Awalnya sulit komunikasi karena beda bahasa, tapi itu jadi kendala kecil," tuturnya kepada Okezone.

Nusantara Sehat

Semenjak awal Irybis sudah tahu risiko mengabdi di daerah perbatasan. Selain itu, dirinya mempunyai tujuan untuk menyehatkan bangsa. Dengan begitu dia tetap senang hati menjalankan tugasnya.

"Motivasi saya ingin coba dunia kerja yang berbeda. Rata-rata banyak yang bekerja di rumah sakit, saya ingin coba ke Puskesmas. Terlebih tantangan bekerja di perbatasan beda sekali dengan di kota," ujar Irybis.

Mitos dan Fakta wacana Penularan HIV/AIDS Ini Wajib Kamu Ketahui!

Selama satu tahun mengabdi di daerah perbatasan, dirinya tentu merasakan suka dan sedih. Entah itu pada saat bertugas maupun kehidupan sehari-hari.

"Di sini jauh dari pasar jadi susah kalau mau beli makan dan minum. Tapi kalau yang lain aman-aman saja, sinyal ada, jalan transportasi sudah bagus," tuturnya.

Hari AIDS Sedunia, Lakukan Ini untuk Bantu Seseorang yang Baru Terdiagnosis HIV

Berpisah dari keluarga

Sementara itu, cerita berbeda datang dari dr A. Hasbizar Fauzi. Dokter umum itu harus berpisah dari sang istri padahal baru saja menikah. Namun dirinya tetap mempunyai tekad yang kuat untuk melayani masyarakat di daerah perbatasan.

"Kerja di kota itu beda dengan kerja di daerah terpencil. Tapi masyarakat tetap mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Jadi semoga teman-teman yang lain mau melayani masyarakat di daerah terpencil," ungkap dr Fauzi.

Nusantara Sehat

Dalam melaksanakan tugas, tentunya ada kendala yang dihadapi. Mulai dari cara berkomunikasi karena bahasa yang berbeda hingga perilaku masyarakat.

"Secara umum baik-baik saja. Tapi kalau dari masyarakat ada yang enak diajak kerja sama, ada yang enggak. Dikasih tahu pas berobat bilangnya mengerti tapi begitu sampai rumah lupa lagi, tidak dijalani," pungkasnya.

(hel)

Comments