Alasan Rumah Sakit Perlu Lakukan Triase dalam Penanganan Pasien COVID-19

Kesehatan

Life & Style / Kesehatan

Alasan Rumah Sakit Perlu Lakukan Triase dalam Penanganan Pasien COVID-19

Alasan Rumah Sakit Perlu Lakukan Triase dalam Penanganan Pasien COVID-19

KEPONEWS.COM - Alasan Rumah Sakit Perlu Lakukan Triase dalam Penanganan Pasien COVID-19 Jumlah kasus positif COVID-19 terus bertambah. Rumah sakit sekaligus para tenaga medis menjadi kewalahan karena pasien yang membludak. Karena itu, Direktur Rumah Sakit (RS) Persahabatan Dr. Rita Rogay...

Jumlah kasus positif COVID-19 terus bertambah. Rumah sakit sekaligus para tenaga medis menjadi kewalahan karena pasien yang membludak.

Karena itu, Direktur Rumah Sakit (RS) Persahabatan Dr. Rita Rogayah,Sp.P(K), MARS meminta agar pihak-pihak RS atau pelayanan kesehatan lainnya dapat memilah atau melakukan seleksi pasien melalui triase menjadi tiga pembagian terstruktur mengenai, adalah ringan, sedang dan berat sebelum merujuk ke RS Rujukan COVID-19.

"Untuk semua Rumah Sakit agar merujuk kasus-kasus kepada RS Rujukan sebaiknya dipilah ialah kasus yang sedang dan berat," ujarnya dalam konferensi pers daring di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Rabu 8 April 2020.

Dokter Rita

Secara umum, pedoman triase telah dikembangkan sebagai antisipasi. Sebagai pedoman penanganan jikalau rumah sakit kewalahan saat terjadinya bencana alam atau pandemi parah. Dengan terjadinya pandemi COVID-19 saat ini, disebutkan plan-plan triase tersebut tengah diperiksa ulang.

Pada bulan Februari 2020 lalu, ada penelitian di Operations Research dengan memakai pemodelan matematika untuk menentukan jenis kebijakan triase mana yang bisa berguna dalam ICU selama lonjakan pasien COVID-19 terjadi. Penelitian ini menganalisis keadaan di mana pasien dapat antri untuk masuk ke ICU dengan tempat tidur terbatas atau dipindahkan ke bangsal umum karena kondisi kesehatannya berubah.

Untuk apa hasil analis tersebut? Ya tentu saja, jenis-jenis kebijakan triase ini untuk menemukan aturan praktis bagi para dokter agar bisa meminimalkan tingkat kematian rata-rata dari semua pasien dari waktu ke waktu.

Bila tidak diterapkan triase, dampaknya memang bisa fatal karena berhubungan langsung dengan angka kematian. Contohnya yang terjadi di satu rumah sakit di Wuhan, China yang merupakan episentrum pandemi COVID-19. Bukan triase medis, namun yang terjadi di rumah sakit ini merupakan software nyata dari konsep first come first served , alias siapapun yang datang duluan maka dialah yang duluan ditangani oleh para tenaga medis.

Disebutkan oleh Shu-Yuan Xiao, ahli patologi University of Chicago, yang berada di Wuhan saat itu, konsep first come first served dalam penanganan pasien COVID-19 tidaklah tepat dan bukan jadi taktik terbaik.

Bukan menerapkan triase namun siapa cepat dia dapat dalam penanganan pasien, akhirnya membuat rumah sakit malah kewalahan sendiri.

Rumah sakit begitu kewalahan, mereka tidak punya banyak ruang ICU dan di ICU awalnya yang terjadi siapa yang datang duluan itulah yang ditangani duluan, yang mana mungkin berkontribusi pada angka kematian awal yang tinggi di kota itu, terang Shu-Yuan Xiao.

Mengingat merujuk pasien ialah keputusan yang sulit untuk dibuat, seperti dikatakan Edieal Pinker, peneliti operasi di Universitas Yale. Menjadi salah satu alasan mengapa triase sebagai panduan yang harus disiplin dijalankan oleh tenaga medis harus dilakukan.

Misalnya ada tempat tidur yang sudah dipesan untuk pasien sangat kritis, di saat orang-orang yang kurang kritis sedang menunggu untuk diperiksa, ini disebut dengan praktik kemalasan. Ketika ranjang itu di booking, maka Kamu menghalangi seseorang. Ini keputusan sulit untuk dibuat, karena memberi tahu seorang pasien yang ada di depan Kamu sekarang bahwa mereka tidak bisa mempunyai ranjang itu. Ini sulit, jadi memang perlu panduan dan kedisiplinan, pungkas Edieal. Demikian seperti diwarta Newyorktimes dan Scientificamerican, Kamis (9/4/2020).

(hel)

Comments