734 Ibu Rumah Tangga di Banten Terinfeksi HIV/AIDS, Apa Kendala Penanganannya?

Kesehatan

Life & Style / Kesehatan

734 Ibu Rumah Tangga di Banten Terinfeksi HIV/AIDS, Apa Kendala Penanganannya?

734 Ibu Rumah Tangga di Banten Terinfeksi HIV/AIDS, Apa Kendala Penanganannya?

KEPONEWS.COM - 734 Ibu Rumah Tangga di Banten Terinfeksi HIV/AIDS, Apa Kendala Penanganannya? Jumlah Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) yang ada di Provinsi Banten mencapai sekira 6.118 orang. Dengan rincian, 4.099 positif HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan 2.019 orang sisanya terkena AIDS (Acqu...

Jumlah Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) yang ada di Provinsi Banten mencapai sekira 6.118 orang. Dengan rincian, 4.099 positif HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan 2.019 orang sisanya terkena AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome ). Sedangkan angka kematian pengidapnya telah mencapai 380 orang.

Data itu diperoleh dari Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Provinsi Banten yang bersumber dari Dinas Kesehatan setempat. Jumlah tersebut dihimpun, berdasarkan catatan hingga bulan Oktober 2018 yang tersebar pada 8 Kabupaten-Kota di Provinsi Banten.

Sebagaimana diketahui, mengidap HIV atau AIDS mempunyai beban psikologis tersendiri di tengah masyarakat. Ancaman dikucilkan, hingga mengalami diskriminasi dari lingkungan sekitar menjadi bayang-bayang menakutkan bagi ODHA.

Sekretaris Daerah Jaringan Indonesia Positif (JIP), Irwanto, menuturkan, saat ini yang harus dilakukan merupakan mengedukasi ODHA untuk berani membuka diri dan bersosialisasi dengan lingkungan. Karena hasil advokasi yang dilakukannya di wilayah Banten selama ini memberi kesimpulan, kalau kebanyakan ODHA lebih nyaman menutup diri.

"Kasus-kasus di Banten ini justru yang menarik merupakan bagaimana ODHA ini bisa mau keluar, supaya dia bisa bersosialisasi, istilahnya Inklusi sosial. Cuma masalahnya, nggak semua ODHA berani seperti itu, itu poin pentingnya," katanya kepada Okezone usai menggelar sosialisasi "Nol Diskriminasi ODHA Menuju 2030 Bebas HIV-AIDS, di Ciputat, Tangsel, Sabtu 8 Desember 2018.

odha

(Foto: Hambali/Okezone)

Dijelaskan Irwanto, para aktivis perlindungan ODHA yang tersebar di sejumlah Kabupaten-Kota di Banten terus mengajak ODHA agar mau bergabung ke dalam suatu komunitas, kelompok. Dengan bergabungnya pada kelompok itu, menurut dia, mereka yang terinfeksi akan merasa kuat secara mental.

"Sahabat-teman baik penjangkau, pendamping, dan jaringan, mencoba mengakomodir kebutuhan agar mereka (ODHA) bergabung dalam kelompok. Minimal mereka merasa dibackup dengan bergabungnya di kelompok itu," tambahnya.

Viral Penjual Ikan Cantik, Bikin Pria Betah Belanja di Pasar!

Keberadaan kelompok itu, dilanjutkan Irwanto, nantinya akan membantu para ODHA agar mendapat penanganan sebagaimana mestinya. Misalnya, mendapat akses obat (ARV) setiap bulan ke pelayanan, mengedukasi, advokasi, bahkan hingga mereminder jadwal meminum obat setiap hari," ucapnya.

Diungkapkannya, masalah penaganan ODHA tak bisa dilimpahkan pada Dinas Kesehatan semata, melainkan memerlukan sinergisitas Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lain yang terkait. Problemnya kemudian, pemerintah daerah kerap malu dan tercoreng kalau membeberkan fakta-fakta wacana ODHA di wilayahnya.

"Kami tidak optimis HIV dan AIDS akan ditangani baik, selama OPD-OPD yang ada juga menutup diri atas isu ini. Sehingga upaya untuk mendeteksi mereka yang terinfeksi sulit dilakukan," tukasnya.

Harbolnas Sebentar Lagi, Diskon 50 Persen di E-Commerce Ini Siap Bertebaran!

Sementara di lokasi yang sama, Koordinator Program Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Banten, Jordan Jempormase, memaparkan, jikalau wilayah Banten masuk kategori Epidemi terkonsentrasi, yang berarti penularan HIV-Aids secara massif terjadi pada kelompok berisiko.

"Kelompok berisiko itu antara lain, wanita pekerja seks, pengguna narkoba jarum suntik, gay, waria, lelaki berisiko tinggi (pelanggan PSK atau Waria), serta pasangan berisiko (pasangangan gay, pasangan narkoba suntik)," ungkap Jordan.

Disampaikan Jordan, jumlah ibu rumah tangga di Provinsi Banten yang terinfeksi HIV-AIDS mencapai 12,4 persen dari total 6.118 ODHA, atau sekira 734 orang. Dengan usia rentan paling banyak terinfeksi pada umur 25 hingga 49 tahun.

"Angka itu fantastis, padahal mereka ibu rumah tangga yang baik-baik, bukan kelompok berIsiko. Itu terakhir bulan Oktober 2018 kemarin. Sekarang kalau pemerintah daerah melalui OPD nya masih tak support, separuh hati menangani ini, maka angka itu bukan tidak mungkin akan terus bertambah," tandasnya.

(hel)

Comments